Archive for Februari 15th, 2007

Substansi Penyuntingan Karya Ilmiah

Posted on 15 Februari 2007. Filed under: Makalah |

Ketika Anda menyunting karya ilmiah sebetulnya amat dekat persamaannya saat menyunting karya yang lain, seperti karya jurnalistik atau reportase perjalanan. Perbedaannya, penyuntingan karya ilmiah mengikuti metode ilmiah yang terdiri atas langkah-langkah untuk mengorganisasi dan mengatur gagasan via garis pemikiran konseptual dan prosedural yang disepakati oleh para ilmuwan. Penyuntingan karya jurnalistik mengikuti metode jurnalistik seperti apa informasi terbaru yang disampaikan, siapa yang menerima isi pernyataan atas info terbaru, di mana peristiwa terjadi, kapan peristiwa berlangsung, mengapa isi pernyataannya segera disampaikan, bagaimana cara penyampaian, dan sisi-sisi kemanusiaan yang menjadi kebijakan isi redaksi. Berikut ini penyuntingan karya ilmiah dan cara mempelajari dengan pendekatan karya jurnalistik atau yang sering disebut sebagai karya ilmiah populer.

Syarat utama karya ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran tanpa mengingat akibat. Kebenaran dalam karya ilmiah adalah kebenaran objektif-positif, sesuai dengan data dan fakta di lapangan, dan bukan kebenaran normatif.

Hasil-hasil karya ilmiah yang biasa ditulis oleh peneliti, selain makalah dan skripsi, Anda tentu sering juga mendengar nama lain, seperti kertas kerja, laporan penelitian, tesis, dan disertasi. Istilah-istilah itu dipakai untuk memberi nama suatu karya tulis yang bersifat ilmiah. Semua jenis karya ilmiah selalu menyajikan hasil kegiatan penelitian tentang suatu pokok masalah berdasarkan data dan fakta di lapangan. Karya-karya ilmiah ini disusun berdasarkan metode ilmiah yang menyajikan suatu topik secara sistematis dan dilengkapi dengan fakta dan data yang sahih dengan menggunakan bahasa yang khas.

Perhatikan, pada dasarnya, penyuntingan karya ilmiah terdapat lima tahap, antara lain (1) persiapan, (2) penyuntingan data, (3) pengorganisasian dan pengonsepan, (4) pemeriksaan/penyuntingan konsep, (5) penyajian/pengetikan.

Pada tahap persiapan, penyunting memerhatikan (a) penyuntingan masalah/topik, (b) penyuntingan judul, dan (c) penyuntingan rangka karangan. Yang termasuk tahap penyuntingan data adalah (a) pencarian keterangan dari bahan bacaan, seperti buku, majalah, dan surat kabar, (b) pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang akan disunting, pengamatan langsung ke objek yang akan disunting, serta (d) percobaan dan pengujian di lapangan atau laboratorium. Ini tahap ideal.

Yang termasuk tahap pengorganisasian dan pengonsepan adalah (a) pengelompokan bahan, yaitu bagian-bagian mana yang didahulukan untuk disunting dan bagian mana yang akan dikemudiankan, dan (b) pengonsepan.

Yang termasuk tahap pemeriksaan atau penyuntingan konsep adalah pembacaan dan pengecekan kembali hasil suntingan; yang kurang lengkap dilengkapi, yang kurang relevan dibuang. Tentu ada penyajian yang berulang-ulang atau tumpang tindih, pemakaian bahasa yang kurang efektif, baik dari segi penulisan dan pemilihan kata, penyuntingan kalimat, penyuntingan paragraf, maupun segi penerapan kaidah ejaan.

Yang termasuk tahap penyajian adalah pengetikan atau pengesetan hasil penyuntingan. Rincian tiap-tiap kegiatan itu adalah sebagai berikut.

Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilakukan (a) penyuntingan topik/masalah, (b) penyuntingan judul, dan (c) penyuntingan rangka karangan (outliner).
a. Penyuntingan Topik/Masalah

Topik/masalah adalah pokok penyuntingan. Dalam hubungan dengan penyuntingan topik, penyunting karya ilmiah lebih baik menyunting sesuatu yang menarik perhatian dengan pokok persoalan yang benar-benar diketahui daripada menyunting pokok-pokok yang tidak menarik atau tidak diketahui sama sekali.

Sehubungan dengan isi pernyataan itu, hal-hal berikut patut dipertimbangkan dengan saksama oleh penyunting karya ilmiah.

1. Topik yang disunting harus berada di sekitar Anda, baik di sekitar pengalaman Anda maupun di sekitar pengetahuan Anda. Hindarilah topik yang jauh dari diri Anda karena hal itu akan menyulitkan Anda ketika menggarapnya.

2. Topik yang disunting harus topik yang paling menarik perhatian Anda.

3. Topik yang disunting terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret Anda kepada pengumpulan informasi yang beraneka ragam.

4. Topik yang disunting memiliki data dan fakta yang objektif. Hindari topik yang bersifat subjektif, seperti kesenangan atau angan-angan Anda.

5. Topik yang disunting harus Anda ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya — walaupun serba sedikit. Artinya, topik yang disunting itu janganlah terlalu baru bagi Anda.

6. Topik yang disunting harus memiliki sumber acuan, memiliki bahasa kepustakaan yang memberikan informasi tentang pokok masalah yang akan disunting. Sumber kepustakaan dapat berupa buku, majalah, surat kabar, brosur, surat keputusan, situs web atau undang-undang.

b. Penyuntingan Judul

Jika topik sudah disunting dengan pasti sesuai dengan petunjuk-petunjuk, tinggal Anda menguji sekali lagi: apakah topik itu betul-betul cukup sempit dan terbatas ataukah masih terlalu umum dan mengambang.

Penyuntingan judul karya ilmiah dapat ditempuh dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa, mengapa, bagaimana, di mana, dan kapan.

Tentu saja, tidak semua pertanyaan itu harus digunakan pada penyuntingan judul. Mungkin, pertanyaan itu perlu dikurangi atau ditambah dengan pertanyaan lain.

Adakalanya penyuntingan judul dilakukan dengan memberikan anak judul. Anak judul itu selain berfungsi membatasi judul juga berfungsi sebagai penjelasan atau keterangan judul utama. Dalam hal seperti ini, antara judul utama dan anak judul harus dibubuhkan titik dua, misalnya “Peningkatan Posting Pengguna WordPress di Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi: Tinjauan Segi Kualitas dan Kuantitas”.

Berikut ini judul-judul karya ilmiah yang dapat Anda sunting, misalnya “Meningkatkan Frekuensi Kunjungan Pembaca WordPress di Australia dengan Cara Pelatihan”, “Manfaat WordPress di Tempo Grup Jakarta”, “Pengendalian Anggaran Aktivitas Blog bagi Warga BSD City Tangerang”, “Tema Keagamaan dalam Novel-Novel Karya Nh. Dini”, “Pengawasan terhadap Sirkulasi dan Pemakaian Linen di Hotel Santika Jakarta”, “Peningkatan Industri Kertas di PT Gramedia Periode 2005—2010”.

c. Penyuntingan Rangka Karangan

Penyuntingan rangka karangan, pada prinsipnya adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta. Penyunting karya ilmiah dapat membuat rangka buram, yakni rangka yang hanya memuat pokok-pokok gagasan sebagai pecahan dari topik yang dibatasi, atau dapat juga membuat rangka kerja, yakni rangka yang merupakan perluasan atau penjabaran dari rangka buram. Tentu saja, jenis yang kedua yang memudahkan penyunting untuk mengembangkan karya ilmiah populer.

Penyunting karya ilmiah menentukan dahulu judul-judul bab dan judul anak bab sebelum menyunting rangka karangan. Judul bab dan judul anak bab itu merupakan pecahan masalah dari judul karya ilmiah yang disunting. Untuk menyunting judul bab dan judul anak bab, penyunting karya ilmiah dapat bertanya kepada judul karya ilmiahnya. Pertanyaan yang dapat diajukan ialah apa yang dilakukan dengan judul itu, akan diapakan judul itu, atau masalah apa saja yang dapat dibicarakan di bawah judul tersebut.

Berdasarkan garis besar pemikiran itulah Anda bekerja.

Penyuntingan Data

Jika judul karya ilmiah dan rangka karangan sudah disunting, selanjutnya penyunting dapat menyunting data.

Langkah pertama yang harus ditempuh dalam penyuntingan data adalah mencari informasi dari kepustakaan (buku, koran, majalah, brosur) mengenai hal-hal yang ada relevansinya dengan judul garapan saat ini.

Informasi yang relevan diambil sarinya dan dicatat. Di samping pencarian informasi dari kepustakaan, penyunting juga dapat memulai terjun ke lapangan. Data di lapangan dapat dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara atau eksperimen.

Pengorganisasian dan Pengonsepan

Jika data terkumpul, penyunting menyeleksi dan mengorganisasi data itu. Penyunting menggolong-golongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk. Penyunting menentukan data mana yang dibicarakan kemudian. Jadi, penyunting mengolah dan menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik yang ditentukan. Misalnya jika penelitian bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis dengan teknik statistik yang sederhana.

Selanjutnya, penyunting mulai mengonsep karya ilmiah sesuai dengan urutan dalam rangka karangan yang ditetapkan.

Pemeriksaan atau Penyuntingan Konsep

Sebelum mengetik konsep, penyunting memeriksa dahulu konsep itu. Tentu ada bagian yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah penjelasan yang tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat menunjang pembahasan. Secara ringkas, pemeriksaan konsep mencakupi pemeriksaan isi karya ilmiah dan cara penyajian karya ilmiah, termasuk penyuntingan bahasa yang digunakan.

Penyajian atau Pengetikan

Ketika mengetik, penyunting memerhatikan segi kepentingan pembeli buku itu kelak, seperti kulit depan, unsur-unsur dalam halaman judul, unsur-unsur dalam daftar isi, dan unsur-unsur dalam daftar pustaka. Tiap perguruan tinggi memiliki ketentuan masing-masing tentang prosedur pembuatan karya ilmiah. Oleh karena itu, pada dasarnya konvensipenulisannya sama. Konvensi penulisan karya ilmiah itu menyangkut bentuk karya ilmiah dan bagian-bagian karya ilmiah.

Pembicaraan bentuk karya ilmiah mencakupi bahan yang digunakan, perwajahan, dan penomoran halaman. Pembicaraan bagian-bagian karya ilmiah mencakupi judul karya ilmiah, judul bab-bab dalam karya ilmiah, judul anak bab, (d) judul tabel, grafik, bagan, gambar, daftar pustaka, dan lampiran.

Kulit Depan

Yang dicantumkan oleh penyunting pada kulit depan adalah judul karya ilmiah, lengkap dengan anak judul (jika ada), nama penyusun dan nama penyunting, nama lembaga atau logo penerbit.

Halaman Judul

Penulisan halaman judul atau halaman prancis setelah kulit depan biasanya memuat judul buku.

Halaman Hak Cipta

Halaman hak cipta merupakan halaman setelah halaman judul utama. Halaman ini memuat judul buku, nama penyusun/nama penyunting, kode penerbit dan nomor buku, hak cipta, nama dan alamat penerbit, dan larangan pengutipan tanpa izin.

Daftar Isi

Halaman daftar isi diletakkan sesudah atau sebelum daftar isi.

Prakata

Prakata disunting untuk memberikan gambaran umum kepada pembaca. Dengan membaca prakata, seseorang segera mengetahui, antara lain maksud penulis menyajikan karya ilmiah, hal-hal apa saja yang termuat dalam karya ilmiah, dan pihak-pihak mana saja yang memberikan keterangan kepada penyusun buku.

Penyajian prakata itu singkat dan jelas.

Tabel/Grafik/Bagan/Ilustrasi/Gambar

Tabel merupakan gambaran nyata analisis masalah. Nama-nama tabel yang tercantum di dalam karya ilmiah itu dimuat dalam daftar tabel (jika ada).

Pada dasarnya, penyuntingan daftar grafik, daftar bagan, atau daftar skema (jika ada) hampir sama dengan penyuntingan daftar tabel.
Singkatan dan Lambang

Penyunting dapat menggunakan singkatan atau lambang istilah atau nama sesuatu. Singkatan dan lambang yang disunting dapat digunakan dalam bagian analisis dan dimuat dalam daftar singkatan dan lambang.

Isi Buku

Dalam bagian isi buku terdapat tiga jenis sajian, yakni pendahuluan, isi analisis dan pembahasan, dan kesimpulan atau saran (jika diperlukan).

Bagian ini dapat dibagi menjadi beberapa bab, setiap bab dibagi-bagimenjadi anak bab, sesuai dengan kebutuhan pembaca. Dengan demikian, segala masalah yang akan dijangkau terbicarakan dalam bab ini. Bab ini dapat diuji dengan beberapa pertanyaan.

1. Sudahkah keseluruhan tahap pengolahan data (deskripsi, analisis, interpretasi) itu memberikan keyakinan terhadap pembaca?

2. Sudahkah semua masalah dapat dilaksanakan secara taat asas dan lengkap?

3. Sudahkah keseluruhan gambaran analisis dan interpretasi itu mempunyai korelasi satu dengan yang lain?

4. Sudahkah teori ditegaskan secara tepat dalam analisis ini?

5. Sudahkah istilah-istilah digunakan secara tepat dan taat asas dalam analisis?

Bab kesimpulan berisi gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis yang sudah dikemukakan. Selanjutnya, saran-saran berisi penelitian lanjutan, penerapan hasil penelitian, dan beberapa saran yang mempunyai relevansi dengan hambatan yang dialami selama penelitian dapat pula disunting. Namun, saran tidak selalu diperlukan dalam penerbitan buku.

Penutup

Bagian ini terdiri atas daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Biasanya juga ada catatan kaki. Menurut arti sesungguhnya catatan kaki terletak pada kaki (bawah) halaman. Namun, penyunting dapat meletakkan catatan kaki bukan pada kaki halaman, melainkan pada halaman penutup. Jadi, catatan kaki dikumpulkan pada bab tersendiri.

Salah satu hal yang mutlak ada pada karya ilmiah adalah daftar pustaka.

Penyunting juga dapat mengukur kedalaman pembahasan masalah dalam karya ilmiah itu berdasarkan daftar pustaka ini.

Semua pustaka acuan yang dicantumkan dalam daftar pustaka itu disusun menurut abjad nama-nama pengarang atau lembaga yang menerbitkannya, baik ke bawah maupun ke kanan. Jadi, daftar pustaka tidak diberi nomor urut seperti 1, 2, 3, 4, dan 5 atau diberi huruf a, b, c, d, dan e. Jika nama pengarang dan nama lembaga yang menerbitkan itu tidak ada, penyuntingan daftar pustaka didasarkan pada judul pustaka acuan tersebut.

Lampiran yang dicantumkan dapat berupa korpus data, tabel, gambar, bagan, peta, instrumen, transkripsi andaikata hal-hal itu tidak disertakan dalam teks.

Indeks ini berupa daftar kata atau istilah yang terdapat dalam karya ilmiah. Penyuntingan daftar kata itu harus secara berkelompok berdasarkan abjad awal kata atau istilah itu. Manfaat indeks agar pembaca dapat dengan cepat mencari kata-kata atau istilah-istilah yang diperlukan.

Bahasa dalam Penyuntingan Karya Ilmiah

Berbagai ketentuan yang sepatutnya mendapat perhatian dari penyunting karya ilmiah agar isi pernyataannya komunikatif atau berdaya jual, karya ilmiah itu memenuhi kriteria logis, sistematis, dan lugas. Karya ilmiah logis jika keterangan yang dikemukakan dapat ditelusuri alasan-alasannya yang masuk akal. Karya ilmiah disebut lugas jika disajikan dalam bahasa yang langsung menunjukkan persoalan dan tidak berbunga-bunga. Dalam hubungan dengan penggunaan bahasa, penyunting selanjutnya wajib menguasai pemakaian ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, pembentukan kata, pemilihan kata, penyuntingan kalimat efektif, dan penyuntingan paragraf karya ilmiah.

Read Full Post | Make a Comment ( 64 so far )

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...