Archive for Februari 11th, 2007

Simon Sobron Aidit Meninggal Dunia

Posted on 11 Februari 2007. Filed under: Album |

Berita mengejutkan saya terima tatkala membaca koran Kompas Minggu 11/2 bahwa pengarang tiga memoar Gajah di Pelupuk Mata, Surat kepada Tuhan, Penalti Tanpa Wasit, Simon Sobron Aidit, 73 tahun meninggal dunia. Saya segera mengabari via SMS kepada teman-teman yang sudah berkenalan akrab.

Perkenalan saya dengan Pak Sobron — sapaan akrabnya — ketika lulusan Sinologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia ini menyelesaikan catatan-catatan berjuluk memoar. Isi memoar bermakna pada “kurnan di seberarig lautan tarnpak, dan gajah di pelupuk rnata tidak tarnpak”.

Pak Sobron bermukim di luar negeri sejak 1963. Ia menyampaikan pesan via memoar bahwa kesalahan atau kekurangan orang lain, walau sekecil apa pun toh kelihatan jelas sekali, tapi kesalahan atau kekurangan diri sendiri, meskipun besar tidak kelihatan. Dengan rnemetik hikmah ini, Guru Besar Institut Bahasa Asing Beijing, Redaktur dan Penyiar Radio Beijing ini menggambarkan bahwa orang Indonesia suka melihat dan mencari kesalahan orang lain, meski kesalahan itu sekecil kuman, sementara kesalahan diri sendiri yang sebesar gajah tidak disadari. Ialah pendiri restoran pertama di Paris. Ia mencatat perkara dan hal ihwal yang ia alami dan lihat mengenai berbagai persoalan yang terjadi di Indonesia, antara lain mengenai pemerintahan Orde Baru, rekan-rekan seniman, masalah sosial, budaya, ekonomi. wisata. keluarga, sejawat, bahkan “musuh”-nya, yaitu para penindas hak kaum lernah. Melalui catatan-catatan ringan, Pak Sobron mengajak kita melihat hal-hal yang selarna ini tidak pernah kita sadari dan tidak pernah kita lihat. Bisa dikatakan catatan-catatannya bersifat refiektif dan lebih merupakan personal essay.

Hikmah yang dapat dipetik dan catatan-catatan ini, selain rnencelikkan mata hati kita akan masalah-masalah kemanusiaan. juga rnengajak kita berpikir ulang tentang berbagai persoalan yang rnelanda bangsa dan negara Republik Indonesia.

Tiga memoar Simon Sobron Aidit dibukukan oleh Gramedia Widiasarana Indonesia. Pertama Gajah di Pelupuk Mata berisi 50 catatan. Kedua, Surat kepada Tuhan berisi 46 catatan. Ketiga, Penalti Tanpa Wasit berisi 59 catatan. Selamat jalan Pak Sobron yang beralamat di Clemenceausstraat 15, 314 RM Almere-Stad the Netherland dengan imel SIMONSOBRON@CHELLO.NL dan telepon 036 5331509 atau 036 530 2185.

Berikut ini saya kutip obituarium Simon Sobron Aidit dari Kompas Minggu 11/2 yang disampaikan oleh Donatus Sabdono atau Don Sabdono berinisial Bre Redana.

OBITUARI (Kompas Minggu, 11/2)

Sobron Aidit Meninggal

JAKARTA, KOMPAS — Penulis dan penyair yang bertahun-tahun hidup dalam pengasingan di Paris, Perancis, Sobron Aidit, meninggal dunia dalam usia 73 tahun di Paris, Sabtu (10/2) pukul 09.23 waktu setempat atau pukul 16.23 WIB.

Sobron yang lahir di Tanjung Pandan, Belitung, 2 Juni 1934, adalah adik pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) DN Aidit. Saat peristiwa G30S meletus, So­bron tengah berada di
Beijing sebagai pengajar di Institut Bahasa Asing. Sejak itu, ia tak bisa pulang ke Indonesia.

Menurut penuturan keponakannya, Ilham Aidit — putra keempat DN Aidit yang saat ini bekerja di Nanggroe Aceh Darussalam — pamannya dilarikan ke rumah sakit di Paris pada Jumat malam karena penyumbatan pembuluh darah ke otak.

Sampai sore kemarin, dia be­lum tahu apakah pamannya itu akan dimakamkan di Perancis atau Belanda. Selama lima tahun terakhir, menurut Ilham, Sobron lebih banyak ulang alik Perancis-Belanda “Temannya kebanyakan di Perancis, tapi kedua anaknya di Belanda,” kata Ilham.

Sobron memiliki dua anak, yakni Wita dan Nita. Keduanya tinggal di Belanda dan memberinya lima cucu. Istri Sobron telah meninggal semasa mereka hi­dup di pengasingan di
Beijing.

Sobron pindah ke Paris tahun 1981. Bersama sejumlah teman, dia kemudian mendirikan restoran “Indonesia” di Rue de Vaugirard, Paris. Sebagai penulis, So­bron menulis cerita-cerita pendek, yang beberapa di antaranya berlatar belakang restorannya itu. Tahun 2000, buku kumpulan cerpennya berjudul Kisah Intel dan Sebuah Warung (Garba Budaya) diluncurkan. Terakhir, terbit bukunya berjudul Razia Agustus (Gramedia Pustaka Utama). Buku itu diluncurkan dalam sebuah acara diskusi buku di Bentara Budaya
Jakarta, November 2006. (BRE)

Read Full Post | Make a Comment ( 3 so far )

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...