Archive for Januari, 2007

Memborong Buku Murah

Posted on 31 Januari 2007. Filed under: Hiburan |

borong-buku-murah.jpg

Sejak September 2006 memborong buku murah harganya bukan mimpi di siang bolong, melainkan jadi kenyataan yang patut mendapat acungan jempol. Meski demikian, buku murah tetap terbatas pilihan tahun penerbitan dan klasifikasi nilai jualnya.

Tahun penerbitan yang masuk kategori borong buku murah atau BBM biasanya di bawah tahun 2002/2003. Di atas tahun itu tidak dijual pada BBM tahun 2006. Kategori pilihan tahun berkaitan dengan masa pakai atau masa jual buku yang semakin melambat keluar dari gudang. Boleh jadi pada BBM 2007, buku terbitan 2006 ke bawah mulai digelar lagi.

Di kalangan penerbit Kompas Gramedia, buku semacam BBM masuk kategori D. Artinya, buku yang lambat pergerakan keluar dari gudang. Waktu pencetakan juga sudah lebih dari tiga tahun. Bagi penerbit, buku ini membebani ongkos simpan di gudang. Oleh karena itu, buku jenis kategori D artinya buku yang layak dan sepantasnya dihapuskan atau dihanguskan alias disingkirkan, kecuali kategori A, B, dan C.

Embrio borong buku murah dari penerbit Gramedia ini boleh jadi pas untuk memenuhi kebutuhan penerbit dengan pembeli. Penerbit ingin mengeluarkan buku sebanyak-banyaknya, sedangkan pembeli ingin memborong buku sebanyak-banyaknya pula. Sebuah simbiosis mutualisme yang mesra dalam hubungan interaksi antara penerbit dan pembeli. Penerbit menyediakan buku, pembeli memborong buku dengan harga yang semakin murah.

Harga jual buku menjadi murah lantaran ada potongan harga sampai dengan lima puluh persenan, bahkan sampai dengan delapan puluhan persen. Kalau menggunakan sistem paket, seperti BBM kian memurah lantaran pembeli boleh mengambil lima buku dengan judul dan ketebalan apa pun berharga (hanya) sepuluh ribu rupiah. Jadi, pembeli mendapatkan lima buku dengan mengeluarkan biaya per buku dua ribu rupiah. Alamak.

BBM juga berlangsung bukan hanya bagi pembeli di luar Kompas Gramedia, melainkan juga berlangsung di dalam Kompas Gramedia. Sebetulnya, baik di dalam (karyawan) maupun di luar (non-karyawan) bisa digabung jadi satu kegiatan. Biar praktis, bersamaan dengan masyarakat luas. Namun, penggabungan pola beli pada program BBM dianggap kurang efektif. Di satu pihak karyawan menyisihkan waktu ikut bergerilya berburu buku dengan mengantre, di pihak lain karyawan non-Kompas Gramedia protes keras, jika karyawan ikut berburu buku di kandang sendiri kelak mengurangi pilihan buku yang digelar. Pada penyelenggaraan BBM di Bentara Budaya Jakarta sudah pernah muncul reaksi negatif. Oleh karena itu, pada kegiatan BBM selanjutnya, selain BBM digelar untuk pembeli pada umumnya juga digelar bagi karyawan pada khususnya. Meski demikian, BBM bagi karyawan hanya berlangsung dua kali di lapangan tenis/basket gedung Kompas Gramedia di Palmerah Selatan Jakarta, sedangkan bagi non-karyawan telah berlangsung sembilan kali, seperti di Jakarta, Bandung, Palembang, dan Medan.

BBM ini menjadi kegiatan jual beli buku yang langka. Oleh karena itu, BBM senantiasa menjadi kegiatan harap-harap cemas. Bagi pembeli , BBM berguna untuk memanfaatkan kesempatan borong buku murah membangun perpustakaan keluarga. Bagi panitia, BBM merupakan jualan buku berunsur sosial atau corporat social responsibility yang menunjukkan kepedulian lembaga penerbitan terhadap masyarakat bangsa dan negara Republik Indonesia.***

brosur-bbm-karyawan.jpg

Read Full Post | Make a Comment ( 2 so far )

Konsistensi Layanan Sony Ericsson

Posted on 30 Januari 2007. Filed under: Hiburan |

stan-sony-ericsson.jpg

(lebih…)

Read Full Post | Make a Comment ( 1 so far )

Prospektif E-learning

Posted on 29 Januari 2007. Filed under: Unek-Unek |

“Saya lihat akses internet masih jadi masalah untuk kebanyakan orang di Indonesia, maka susah berkembang e-learning,” ujar Pamusuk Eneste, Editor Senior, 55 tahun mantap.

Isi pernyataan itu mengemuka ketika elektronic learning atau pembelajaran elektronik saya persoalkan. Meski saya kemukakan bahwa praktik e-learning bukan hanya bermanfaat bagi pengguna, melainkan juga memunculkan serbaneka peluang belajar kreatif bagi siswa dan guru.

Secara umum, dunia bisnis di Tanah Air memang baru belakangan mengakrabi e-learning. Oleh karena itu, perangkat lunak atau software pendukung e-learning masih relatif kecil ketimbang bisnis software yang lain. Tidak mengherankan kalau muncul anggapan bisnis e-learning lebih berorientasi pada pencapaian pengetahuan pengakses ketimbang menyoroti sisi bisnisnya. Setali tiga angpao dengan membangun sekolah, orientasinya lebih pada pendidikan dan pengajaran, barulah kemudian diorientasikan pada sisi bisnisnya setelah sekolah dibangun.

Makna e-learning sebagai metode atau pola pembelajaran yang memanfaatkan unsur elektronis yang memakai jaringan komputer dengan dukungan seperangkat alat seperti CD ROM interaktif atau aplikasi. Istilah lain yang senada seperti online learning atau virtual learning.

Menurut Hary Sudiyono, Direktur Pemasaran PT Pesona Edukasi, bisnis software pendukung e-learning akan meningkat sesuai dengan deret ukur, bukan lagi deret hitung. Diperkirakan dalam lima tahun ke depan, kata Hary, satu dari sepuluh sekolah di Indonesia (SD s.d. SMU) akan memakai bantuan software pendidikan (SWA 27, 21/12-3/1). Bila sekarang jumlah sekolah se-Nusantara 250 ribu sekolah, pasar potensialnya sebanyak 25 ribu. “Kalau rata-rata satu sekolah membelanjakan seratus juta, berarti pasarnya akan tumbuh menjadi dua setengah triliun,” kata Hary mantap.

Read Full Post | Make a Comment ( None so far )

« Entri Sebelumnya

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...