Archive for Maret, 2007

Sintren Saras dari Batang dengan Duka Mendalam

Posted on 25 Maret 2007. Filed under: Resensi |

[Sintren Saras dari Batang dengan Duka Mendalam]

Saraswati, murid cerdas berasal dari keluarga miskin di Batang, Jawa Tengah, ia terpaksa menuruti permintaan sang ibu. Ibunda Saraswati atau yang biasa disapa dengan “mak” — panggilan akrab untuk emak, ibu, bunda, mami atau mama —  secara tegas menyatakan sikap menolak tradisi menyekolahkan anak gadis karena ia miskin. Mak lebih memilih membebaskan sekolah untuk Saraswati.

Saras, demikian mak biasa memanggil akrab Saraswati, selanjutnya menjadi seorang penari sintren. Saat itu, dalam perhitungan Saras, dengan menjadi penari Sintren dirinya bisa ikut membiayai sekolah.

“Saya ingin masuk sekolah Mak.” Suatu ketika Saras merengek, Saras manja, dan Saras merajuk berkali-kali mengutarakan hasrat menggebu untuk bersekolah kepada mak. Ia ingin mencapai cita-cita luhur lagi mulia sebagai gadis terpelajar. Meski demikian, keinginan Saras bersekolah pupus. Kenyataan getir dan pahit plus problema drama sosial kehidupan rumah tangga yang dilambari oleh tradisi budaya khas Batang mengandaskan cita-cita Saras.

“Tidak tahu malu! Uang sekolahmu nunggak sampai tiga bulan, kamu masih mau masuk. Mau ditaruh mana mukamu itu?” Suara keras lantang mak muncul untuk kesekian kalinya. Mak marah besar ketika Saras bersikeras memaksa masuk sekolah. Ucapan mak terdengar getir. Lirih.

Sejak menjadi penari sintren, Saras gadis muda cantik, putri pak Marto, sang ayah semakin menunjukkan pesona. Luarbiasa. Puji dan puja ia terima. Tapi apa lacur, saat itu pula sintren Saras justru menerima cercaan dari lingkungan sosial. Meskipun usia baru tiga belas, sejak menjadi sintren, Saras semakin menunjukkan pesona luarbiasa sebagai pujaan lelaki, baik bujangan maupun lelaki yang beristri, dari segala lapisan dan golongan masyarakat Batang.

Akibat pesona menawan hati lelaki, Saras jadi bulan-bulanan dan pusat hinaan serta gunjingan kaum hawa. Sebagai pujaan lelaki, tua-muda, sintren Saras juga menyebabkan seorang gurunya, Ibu Kartika, memilih mengakhiri hidup lantaran sulit menerima kenyataan bahwa mantan kekasihnya menjadi gila sebab cintanya bertepuk sebelah tangan pada Saras.

Sintren Saras benar-benar bak bintang kejora yang ternyata gagal menikah dengan Kirman, anak juragan Wargo. Walau namanya kian melambung, harum mewangi semerbak, buah bibir sekampung Batang, Saras terus bersinar terang. Cerlang-cemerlang. Namun, mengapa akhirnya ia hanya bersedia menerima lamaran duda tua — yang tak sempat menyentuh karena keburu meninggal? Apa penyebab dan mengapa pula kemarahan kaum hawa memuncak hingga berniat membakar rumahnya? Pertanyaan lain pun muncul, ketika ia memutuskan menikah lagi, mengapa suami-suami berikutnya juga menemui nasib serupa, meninggal dalam hitungan hari setelah masa pernikahan? Saras pun terusik naluri kewanitaannya tatkala kekasih hatinya, belahan jiwa yang terakhir, sangat ia cintai. Ia tak kuasa menahan kehendak jiwa, gejolak jiwa demi menyelamatkan calon suami yang terakhir berpulang kepangkuan ilahi.

Dianing Widya Yudhistira, 33 tahun, pengarang muda produktif mengisahkan penari sintren Saras dengan tuturan kata dan kalimat memikat, mengalir lancar. Gaya bahasa sederhana, singkat, padat, lugas, kaya akan pengetahuan seputar wilayah penari sintren. Dunia sintren penuh pesona, penuh nuansa mistik yang menakjubkan. Selain mencipta puisi dan cerita pendek, pengarang sintren Saras ini produktif menulis resensi buku pada serbaneka media cetak di Tanah Air dan penulis di Brunei Darussallam dan Malaysia.

Pengarang muda andalan kelahiran Batang, Jawa Tengah, 6 April 1974 menceritakan sintren Saras dengan gaya bahasa lisan yang semakin memikat pula. Ini novel pertamanya yang popular dan terkenal karena menjadi berita pada serbaneka media di Tanah Air.

Novel sintren Saras pernah jadi cerita bersambung andalan harian Republika, mulai 25 September 2004 hingga awal Februari 2005. Novel yang mengisahkan drama hidup penari sintren ini berakhir dengan kepergian sintren Saras untuk selama-lamanya. Saras memutarbalikkan prasangka buruk kaum hawa yang bermukim di Batang, Jawa Tengah. Semua orang berduyun-duyun menyaksikan dan menghadiri prosesi pemakaman, mengiringi kepergian Saras. Pelayat dan pengantar membawa kesan duka mendalam pada wajah masing-masing. Saras meninggal dalam iringan penari sintren yang jadi profesi sarat makna mistis dan pesona hidup dan kehidupan sesungguhnya.

Sejak kematian Saras, mulai hari demi hari, hingga berganti minggu, bulan dan tahun, tidak pernah ada lagi pertunjukkan sintren yang mengambil setting kota kelahiran sastrawan kenamaan, Goenawan Mohamad (kolumnis Catatan Pinggir Tempo). Sintren hanya menjadi salah satu ikon kepingan waktu yang melepuhkan kota tempat kelahiran pengarang muda andal dan jempolan, Dianing Widya Yudhistira.

sintren-14×2012mm-rev-copy.jpg

Sabtu 24/3 pukul 11.00 WIB novel sintren Saras diluncurkan di Perpustakaan Daerah Provinsi Banten, Jalan Saleh Baimin Nomor 6, Serang. Menurut Ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Cabang Banten, Gito Waluyo, Banten menjadi pilihan tempat peluncuran buku itu dimaksudkan untuk lebih menggairahkan geliat sastra di daerah ini. Dukungan acara peluncuran disertai dengan diskusi yang menampilkan Kurnia Effendi, sastrawan dan Mohd. Wan Anwar, Redaktur Majalah Sastra Horison. Peluncuran novel sintren Saras terselenggara berkat kerja sama KSI Cabang Banten, Perpustakaan Banten, dan Grasindo sebagai penerbit yang pertama kali menovelkan kisah dramatis, penari sintren Saras.***

Read Full Post | Make a Comment ( 4 so far )

Kesehatan Orang Muda Mengembangkan Perusahaan

Posted on 23 Maret 2007. Filed under: Karangan Khas |

Kalau produk Cina merambah ke Nusantara mulai dari pelosok ibu kota hingga ke pelosok desa, saya mafhum. Setali tiga angpao dengan produk, maka obat Cina pun menyertai pengobatan resmi dari pihak rumah sakit.

Obat Cina identik dengan sinshe, obat di apotek identik dengan dokter. Sinshe merekomendasi komposisi obat untuk si A, misalnya sesuai dengan keperluan pengobatan si penderita. Obat Cina yang direkomendasi itupun langsung ditelan dan diminum oleh si pasien. Berbeda dengan Sinshe, seorang dokter merekomendasi obat yang jadi pilihannya dengan merujuk ke apotek.

Baik obat rujukan Sinshe maupun rekomendasi seorang dokter, tujuannya adalah mencapai kesehatan yang prima. Bagi saya, kesehatan pada setiap orang berorientasi pada masa istirahat yang cukup memadai. Semua orang yang dinyatakan mengalami gangguan kesehatan, ujung-ujungnya pasti diminta untuk melakukan istirahat total.

Kalau penderita belum istirahat pasti ia tidak bisa sembuh. Dengan beristirahat, energi positif pada masing-masing orang tidak terbuang untuk serbaneka aktivitas sehingga dapat dipakai untuk menyembuhkan organ yang sakit. Oleh karena itu, manfaat istirahat sangat efektif bagi orang yang sakit. Walaupun si sakit minum obat satu truk, kalau tanpa istirahat jangan harapkan ia sembuh. Dokter yang baik pasti memberi nasihat yang sama.

Atas dasar itu, prioritas hidup apa yang baik bagi kita saat ini? Saya akan menggarisbawahi prioritas terletak pada kesehatan. Kesehatan menjadi prioritas. Kesehatan nomor satu. Kalau sehat, semua yang kita inginkan dan angankan niscaya mencapai hasil yang memuaskan. Semua bisa dicapai. Kalau sakit, semua gagal.

Pada saat ini serbaneka perusahaan di Indonesia tengah memasuki era baru, era yang dipimpin oleh generasi muda. Di mana-mana ada perubahan dengan tema “perubahan demi perbaikan” artinya perubahan struktur di perusahaan demi perbaikan kinerja dan pencapaian hasil yang baik untuk kemajuan perusahaan.

Akan tetapi, sifat orang muda dengan kategori 45 tahun ke bawah, sering bertolak belakang. Sisi penolakannya terletak pada sifat anak muda yang menggampangkan semuanya. Semuanya mengganggap enteng. Untuk itu, orang tua yang masuk kategori 45 tahun ke atas patut terus-menerus mengingatkan orang muda bahwa sekeras hati apapun kita bekerja jika tetap peduli atas kesehatan itu adalah prioritas nomor satu. Jadi, kalau orang muda lagi sakit dan terus memaksakan bekerja, maka hasilnya malah negatif. Bisa-bisa ambruk total. Kalau begitu, penyembuhannya lebih lama lagi. Prinsipnya, orang yang mengorbankan kesehatan demi pekerjaan adalah sikap kekanak-kanakan. Sebab jika ambruk, biaya jadi bertambah mahal. Biayanya tambah banyak. Penyembuhannya tambah sulit. Organ-organ tubuhnya menjadi lekas cacat.

Selama orang muda melupakan unsur istirahat, pencapaian hasil perusahaan bertambah buruk. Oleh karena itu, orang muda wajib mendapat pendampingan orang tua agar bisa bersikap dewasa. Jadi bijaksana. Kesehatan orang muda adalah modal utama untuk masa depannya sendiri dan demi perkembangan perusahaan yang lebih baik.***

Read Full Post | Make a Comment ( 1 so far )

Proteksi Karya Anda sebagai Kebiasaan Baik

Posted on 21 Maret 2007. Filed under: Sastra Teknologi Informasi&Komunikasi |

Sejak Office 2003 pihak Microsoft sudah punya cara mengunci data pengguna. Jauh sebelum tahun 2003, ternyata pembatasan dan penguncian karya cipta menjadi penting dan menjadi andalan bagi setiap pencipta. Namun, masyarakat bangsa dan negara Republik Indonesia termasuk kategori telat memproteksi karya asli yang layak dan pantas mendapat proteksi.

Dalam hitungan hari, bulan dan tahun karya asli kita gampang digandakan, dijiplak, ditiru, disadap, diperbanyak, dilipatgandakan, dikopi, dibuat sama dengan yang asli, sehingga pencipta dan produktivitas pencipta sulit tumbuh-kembang.

Kebiasaan jiplak-menjiplak sesuai dengan yang asli boleh jadi itu kebiasaan bagi murid, siswa, mahasiswa, karyawan, atau dari serbaneka lapisan dan golongan masyarakat bangsa dan negara Republik Indonesia. Kebiasaan buruk menambah buruk daya saing produk Indonesia.

Kebiasaan buruk berlanjut hingga produktivitas macet. Di mana-mana dan pada serbaneka kesempatan wacana yang muncul hanya mempersoalkan pribadi-pribadi buruk antarorang, antarkelompok, antarmassa, tanpa berusaha memperbaiki kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang baik.

Serbaneka kampanye menghargai karya cipta asli sudah sering dilakukan. Serbaneka seminar, lokakarya, diskusi, dan perang urat syaraf untuk meningkatkan produksi karya sendiri sering mengarah kepada wacana belaka. Setelah acara menjauhi jiplak-menjiplak, membajak dan mengambil hak cipta orang lain usai, ternyata di lapangan tidak gampang selesai.

Aparat kepolisian, jaksa, hakim, dan masyarakat bangsa dan negara Republik Indonesia sendirilah yang wajib berikhtiar. Bersama-sama mencanangkan perang terhadap pembajak. Namun, apa lacur, sekarang pada era digitalisasi penggandaan karya bajakan lebih seru lagi. Kalau dahulu, dalam hitungan hari, bulan, dan tahun baru kelihatan bajakan beredar luas, kini dalam hitungan menit, detik, dan jam pada hari yang sama sudah ada di serbaneka lapak. Pagi hari rekaman lagu, misalnya Tantowi Yahya pernah mengurai benang kusut bajak-membajak lagu, eh sore hari yang sama, lagu itu sudah dapat dibeli oleh masyarakat luas.

Pada era digitalisasi, saya mencatat promosi proteksi arsip atau file. Karya Anda menurut http://www.microsoft.com/indonesia/office/proteksi/ perlu dilindungi dengan teknologi Information Rights Management (IRM) dari Microsoft Office 2003 dan Outlook 2003. Dengan demikian, Anda tetap dapat menentukan nasib dokumen, spreadsheet, e-mail, presentation file Anda — tidak peduli di manapun file itu disimpan. Dengan teknologi ini, setiap pekerja informasi dapat menentukan apakah:

  • File dapat dibuka oleh semua orang atau hanya oleh orang-orang tertentu.
  • File dapat dimodifikasi oleh orang lain atau tidak.
  • File dapat di-forward ke orang lain, dicetak atau digandakan.
  • Proteksi Karya Anda, Segera!
Read Full Post | Make a Comment ( 1 so far )

« Entri Sebelumnya

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...