Sastra Teknologi Informasi&Komunikasi

Telaah Retoris Pendokumentasian Sastra

Posted on 18 April 2011. Filed under: Sastra Teknologi Informasi&Komunikasi |

Telaah retoris berfokus pada penyampaian pesan efektif kepada masyarakat melalui invention, arrangement, style, delivery, memory. Gagasan penyampaian pesan dokumentasi sastra demi peradaban bangsa disesuaikan dengan masyarakat. Ada pesan masyarakat yang diselaraskan dengan gagasan, ada pula pesan masyarakat sebagai kunci persuasi yang efektif. Namun, apakah asumsi retorika pesan pembicara efektif mempertimbangkan masyarakat dan pesan pembicara yang efektif menggunakan bukti? Apakah penyampaian pesan komunikasi mampu membuat pendokumentasian sastra mendapat perhatian terus-menerus?

Pusat dokumentasi sastra yang terabaikan merupakan cermin kemerosotan budaya literasi. Kemerosotan ini berdampak pada apresiasi karya sastra yang kian minim. Padahal, sastra berperan penting membentuk peradaban masyarakat bangsa dan Negara Republik Indonesia. Kanon retorika gelegak revolusi yang terekam benar lewat tulisan tangan Chairil Anwar sebagai salah satu contohnya. Pusat dokumentasi sastra menyimpan gelegak revolusi ”api” dan ”laut” itu sungguh bersejarah. Masyarakat memprihatinkan dokumentasi sastra semangat zaman itu dalam kondisi merana-terbengkalai. “Hidup segan, mati pun enggan”.

Setelah Chairil Anwar meninggal 1949, konon karyanya jadi rebutan penerbit. Namun, Chairil Anwar mengumpulkan karya-karya sajak dan menyerahkan kepada Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin (PDS HB Jassin). Sementara itu, membiarkan pusat dokumentasi sastra terbengkalai sungguh-sungguh memperlihatkan kehancuran peradaban masyarakat bangsa dan Negara Republik Indonesia.

Apalagi dengan mengabaikan pusat dokumentasi sastra tatkala penentu kebijakan tidak memiliki budaya literasi yang kuat sehingga tidak menganggap penting pusat dokumentasi sastra yang terlengkap di Indonesia. Dengan asumsi mengurangi dana yang berakibat pengelola berencana menutup pusat dokumentasi yang didirikan pada 1977, sebetulnya itupun tidak boleh diterus-teruskan. Puluhan ribu koleksi karya sastra dan dokumentasi terkait dengan sastra terancam rusak, alamak.

Atas dasar itu, peran sastra membangun peradaban masyarakat bangsa dan Negara Republik Indonesia sangat penting. Melalui karya sastra, masyarakat tidak hanya mengembangkan imajinasi yang dapat digunakan untuk membangun masyarakat bangsa, tetapi juga sebagai media sosial untuk mewariskan nilai kearifan lokal kepada generasi muda. Kearifan lokal inilah yang membentuk jati diri masyarakat bangsa dan Negara Republik Indonesia.

Kabarnya pengabaian pusat dokumentasi sastra berakar dari pengaruh keburukan sistem pendidikan yang hanya memasukkan sastra sebagai bahan bacaan untuk dihapal jalan ceritanya, tidak untuk diapresiasi. Menghapal materi sastra cenderung membuat siswa jauh dari kesempatan berkreasi untuk masuk ke alam sastra di Tanah Air. Di sekolah siswa hanya membaca karya sastra melalui sinopsis yang dibuat oleh guru. Siswa mengerti garis besar cerita, tetapi ia tidak mampu memahami nilai-nilai dan pesan moral yang ingin disampaikan oleh sastrawan. Bukan hanya itu (melalui sastra) bahasa yang dimiliki oleh masyarakat bangsa dan Negara Republik Indonesia dihidupkan dan diperbarui, melainkan juga (melalui sastra) masyarakat memiliki media sosial untuk bergaul dan bereksplorasi dengan bahasa. Perkembangan bahasa merupakan ciri peradaban masyarakat yang modern.

Dengan demikian, upaya membangkitkan kesadaran terhadap kesusastraan harus terus-menerus dilakukan, tidak hanya bergerak ketika muncul kasus seperti #koinsastra PDS HB Jassin. Upaya menyelamatkan pusat dokumentasi sastra dan pusat-pusat dokumentasi yang lain perlu ditingkatkan dari semua pihak, seperti lembaga (nonprofit/nirlaba), pemerintah, masyarakat. Jadi, pihak swasta tak sungkan terlibat demi peradaban bangsa. Selain itu, pemerintah aktif mendorong dengan memberikan motivasi dan insentif yang memadai, seperti keringanan pajak.

Terabaikannya pusat dokumentasi dan perpustakaan di Indonesia hendaknya jadi pelajaran yang sangat berharga. Partisipasi masyarakat tidak boleh melemah karena masyarakat yang enggan memanfaatkan pusat dokumentasi, mau tak mau “hidup segan, mati pun enggan” akan mengantar pusat dokumentasi sastra pada titik nol. Tambahan pula ketika informasi tentang buku atau dokumen sastra yang dicari oleh masyarakat minim sekali.

Gerakan #koin sastra — yang bermula dari media sosial — merupakan langkah awal penyelamatan pusat dokumentasi sastra yang berlokasi di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Kelangsungan pusat dokumentasi itu juga bergantung pada kebijakan pengelola, pemerintah, dan masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah wajib terus-menerus memberikan subsidi untuk pusat dokumentasi sastra. Animo dan kepedulian masyarakat terpelajar harus tetap tinggi. Pantang surut melangkah pada sendi-sendi sastra yang berupaya menyelamatkan pusat dokumentasi sastra dengan lebih baik, khususnya melalui prinsip komunikasi tiga arah, seperti pengelola, pemerintah, masyarakat.***

Read Full Post | Make a Comment ( 3 so far )

: Telaah Kritis Fenomena PDS HB Jassin

Posted on 31 Maret 2011. Filed under: Sastra Teknologi Informasi&Komunikasi |

Hans Bague JassinFungsi sosial media efektif manakala respons masyarakat terhadap pemberitaan melahirkan reaksi. Tanpa media yang memberi data dan fakta memadai, respons masyarakat tersembunyi. Dalam fenomena Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin peran media menunjukkan daya pengaruh yang jitu. Elemen masyarakat dari segala lapisan dan golongan bergerak pada tujuan: “Selamatkan PDS HB Jassin!” sebelum ajal menjemput menjadi “RIP PDS HB Jassin”. Adakah peluang memperbaiki pusat dokumentasi sastra terbesar di Tanah Air itu? Mampukah data dan dokumentasi diselamatkan oleh masyarakat bangsa dan Negara RI, sebelum tergerus habis?
 
PDS HB Jassin menyimpan dokumentasi sastra terlengkap di Tanah Air. Dalam kenyataannya, data dan fakta kekayaan masyarakat bangsa dan Negara RI ini belum terekspose oleh media massa secara masif. Meski sejak 1976 kian membawa manfaat bagi masyarakat. Sejak itu, masyarakat memaknai dengan memanfaatkan lembaga sastra PDS HB Jassin. Dalam tempo singkat opini masyarakat terbentuk berupa mitos bahwa sastra lengkap tersedia di PDS HB Jassin. Namun, masyarakat yang membentuk komunitas sastra dan intelektual muda justru semakin nihil.

Dalam kurun waktu puluhan tahun semakin dirasakan bahwa PDS HB Jassin mengalami kesulitan keuangan untuk operasionalisasi sehari-hari. Gangguan muncul bukan dari pencinta sastra yang mengunjungi PDS HB Jassin, melainkan kesulitan dana operasional yang menyebabkan lembaga ini sedianya ditutup. Lembaga satu-satunya sebagai pusat koleksi karya sastra di Indonesia ini berlokasi di belakang Planetarium, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.

Saat ini media digital publik semakin merambah ke pelbagai lapisan dan golongan masyarakat. Kecenderungan berubahnya pola baca masyarakat berhadapan dengan media digital. Secepat-cepatnya di luar kendali, masyarakat merespons media digital bersastra yang sedemikian masif. Model dokumentasi dengan kertas beralih pada media nirkertas. Jadilah perubahan daya baca karya sastra bukan lagi pada lembaran kertas, melainkan daya serap karya sastra berupa puisi atau prosa yang tersebar beralih bentuk digitalisasi dunia maya. Ruang dan waktu untuk berekspresi melalui blog pribadi, situs jejaring sosial, mickroblogging atau situs web, dipadati oleh masyarakat yang hendak menyebarluaskan karya sastra. Sastra lembaran kertas beradaptasi pada sastra nirkertas. Agaknya, fenomenai (“penampakan” realitas) sastra bergeser pada dunia maya. Karya sastra jika hendak dilihat dari ruang budaya media massa cetak semakin tergerus. Karya sastra nirkertas melalui media massa dunia maya justru meningkat.

Semakin padat dan ramai pesan-pesan komunikasi sastra nirkertas, semakin tampak kesulitan PDS HB Jassin bergerak melalui media konvensional. Dampak yang menyertai kesulitan semakin membuat banyak pekerja media mulai melirik cara-cara berkomunikasi yang tidak biasa. Dalam tempo singkat, kepedulian pada keberlangsungan PDS HB Jassin dapat menyentuh hati nurani masyarakat melalui koin untuk PDS HB Jassin. Donatur yang digalang dari media berinteraksi dalam bentuk dana untuk PDS HB Jassin. Koin kepedulian media memiliki kecepatan respons masyarakat. Media massa semakin menunjukkan ciri khas yang bersinergi dengan pesan pengalaman masyarakat. Masyarakat langsung merasakan kebenaran pesan yang disampaikan. Karena unik,  koin untuk PDS HB Jassin dapat menimbulkan pengaruh two ears one mouth. Komunikasi antarpribadi menjadi medium efektif.

Proses komunikasi berhasil mewujudkan aksi koin untuk PDS HB Jassin sebagai respons pesan yang disampaikan oleh media. Tanpa respons media, sekian lama PDS HB Jassin seolah-olah tanpa dana. Sejak 1976 tahun demi tahun PDS HB Jassin tetap kesulitan mendanai operasionalisasi lembaga. Fenomena PDS HB Jassin sebagai pusat dokumentasi terpenting di negara ini perlu diwujudkan melalui perkembangan dokumentasi termutakhir. Proses komunikasi tak berjalan efektif manakala  kesulitan dana tanpa pesan efektif melalui media. Media massa bukan suatu utopia manakala menggerakkan masyarakat untuk peduli terhadap PDS HB Jassin.***

Read Full Post | Make a Comment ( 2 so far )

Inovasi Dokumen bagi Perusahaan

Posted on 21 Maret 2009. Filed under: Sastra Teknologi Informasi&Komunikasi |

dsc00059 dsc00064  dsc00065 

Kata inovasi kian mendapat perhatian di tengah krisis global.  Tanpa inovasi sebuah unit usaha seakan-akan mengundang malapetaka. Produk atau jasa mandeg, pengembangan usaha pun tersendat-sendat. Padahal, inovasi mendukung kompetisi. Manakala kompetitor muncul berarti ada inovasi. Inovasi dalam pendokumentasian di perusahaan menjadi penting diperhatikan. Sejauhmana inovasi menjadi model usaha yang siap berkompetisi, IBM Building a Smarter Planet menyampaikan pesan yang bisa dijadikan pedoman dokumentasi terhadap hasil kerja.

Bunga Sugiarto, ECM Technical Sales

Bunga Sugiarto, ECM Technical Sales

Kertas itu mahal, kata Bunga Sugiarto, ECM Technical Sales seraya mempertanyakan, penggunaan dokumen apakah selama ini sudah optimal? Belum lagi soal keamanan dokumen plus pencarian data yang rumit, lama sekali, dan jauh dari kesan efektif. Bunga Sugiarto, 24 tahun menguak persoalan dokumen yang berserakan di mana-mana. Kalau toh ada sekretaris yang siap mencari dokumen, tambahnya, biaya yang ditanggung menjadi mahal. Ia pun menawarkan caranya yang memuaskan konsumen dalam menata dokumen pada IBM Technology Conference and Expo 2009 di Shangri-La Hotel, Jakarta, Jumat 20/3/09.

Solusi enterprised content management atau ECM merupakan perangkat lunak atau software teknologi imel dan softcopy yang sebaiknya disimpan, lalu dikelola, hingga mati atau dibuang oleh perusahaan. Hal ini bergantung pada kebijakan setiap perusahaan. Ada perusahaan yang memiliki kebijakan membuang data setelah disimpan sepuluh tahun, ada juga lima tahun. Pertanyaannya seberapa besar kapasitas dokumen yang tersimpan, selain jenis dokumen yang disimpan?

Atas dasar itu, content management menjadi penting. Misalnya dokumen klaim asuransi. Bagaimana prosesnya? Kalau mencari jawaban atas masalah yang harus cepat diselesaikan, bantuan seorang sekretaris perusahaan belum dianggap cukup memadai. Apalagi sekretaris perusahaan yang kebetulan lagi cuti, sakit, bepergian, atau berhalangan hadir. Dokumen sulit dicari. Bagaimana mengakses dengan cepat dan efektif? Oleh karena itu, ada solusinya dari IBM yang dapat diotomatisasi dan diekstrak disertai dengan laporannya sedemikian rupa sangat diperlukan di perusahaan yang menggunakan ECM.***

Read Full Post | Make a Comment ( 1 so far )

« Entri Sebelumnya

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...