Archive for Februari, 2008

Keserasian dan Keharmonisan Perusahaan ala IBM

Posted on 29 Februari 2008. Filed under: Sastra Teknologi Informasi&Komunikasi |

Infrastruktur yang tepat untuk perusahaan hanya terdiri atas tiga huruf. Ketiga huruf itu dilafalkan dengan ai bi em. Demikian kolaborasi gerak dan tari dalam pergelaran yang mencerminkan kekacauan, kebingungan, dan ketidakberdayaan ai ti (IT) sebagai solusi bagi perusahaan pada “IBM Technology Expo ’08: Experience the Future of IT”, Kamis 28/2 di Ballroom Hotel Shangri-La, Jakarta. Sesi pertama pergelaran berupa kolaborasi pembukaan, lalu dilanjutkan dengan kolaborasi gerak dan tari pada sesi kedua. Tampil sesi kedua kolaborasi gerak dan tari yang lebih utuh, rapi, tertib, dan kompak-terpadu. Sesi ini menampilkan Angie Band Company dalam rupa dance performance yang mencerminkan keserasian dan keharmonisan bagi perusahaan, jika memilih ai bi em (IBM) sebagai mitra terpercaya.

Presiden Direktur IBM Indonesia, Suryo Suwignjo, 41 tahun menggarisbawahi, acara ini di-develop agar bisa memenuhi harapan peserta. Lantas, ia pun melanjutkan cerita bahwa sekitar dua tahun yang lalu, ia menemani istri yang meminta pergi ke pertokoan Mangga Dua, Jakarta. Saat di keramaian itu, ia berkeliling dari satu toko ke toko yang lain. Menurutnya, ada bermacam-macam kegiatan yang menggerakkan roda perekonomian, baik makanan maupun minuman. Ada juga seseorang yang memberikan brosur. Selain itu, ada tukang pijat berkeliling toko. Namun, yang menarik ada pula orang yang menjaga kumpulan locker untuk kepentingan banyak sekali karyawan. Ia bertugas menerima tas karyawan yang tidak diperkenankan dibawa masuk ke dalam toko. Nah, orang ini membuka usaha locker. Di samping itu, ada usaha juga sebagai penitipan sandal jepit. Yang ingin saya tekankan adalah “bisnis hari ini kesuksesannya ditentukan oleh inovasi.” Jadi, inovasi yang brain value, berulang-ulang terus menghasilkan pemikiran yang cemerlang misalnya, IBM dengan speed tinggi. “Intisari bisnis terletak pada create,” ujarnya seraya menambahkan, “selain to create juga inovatif berintegrasi dengan sistem IBM.”

Pada 2007 IBM di Indonesia memasuki usia tujuh puluh tahun, maka tahun ini sudah memasuki tujuh puluh satu tahun. Komitmen kita tinggi, kata Suryo Suwignjo, bekerja sama yang lebih baik. Value bisnis yang bisa dinikmati oleh perusahaan. “Solution end to end” seperti televisi sekarang yang sudah sulit dibedakan ukuran inchi-nya karena inovasi terus-menerus. IBM dari sisi software secara kontinu memiliki inovasi yang lebih baik. “IBM bisa memberi value inovasi untuk kemajuan kita bersama,” tegas Suryo Suwignjo yang menggantikan Betti Alisjahbana sejak Selasa, 8 Januari 2008.

Pembicara lain yang mengisi semarak IBM Technology Expo ini, Dr. Patrick Chan pchan@idc.com, Chief Technology Advisor a Founding Manager IBM, Maniyadeth Narayanan, Systems Engineering Manager Brocade yang berjuluk “IBM and Brocade”, lalu pada track bertema Solusi Manufaktur menampilkan Suri Adyana suri@mitrainfosarana.co.id, General Manager IT Services PT Mitra Infosarana dengan topik “Performance Navigator: Navigate Your System I Performance“, Caecilia, Account Executive Software PT Perkom Indah Murni, Andi Widjaja, Monitoring and Tracking menggunakan RFID Technology dan Abas ERP, dan Hiroyuki Matsumoto, President Director PT NTT Indonesia yang bertema “NTT Communication Group Information Security Solution”.***

Read Full Post | Make a Comment ( None so far )

Meneropong Buku Teks Mahasiswa

Posted on 26 Februari 2008. Filed under: Percik Pengalaman |

Buku teks untuk anak TK, murid SD, siswa SMP dan SMA, serta untuk mahasiswa perguruan tinggi memiliki kekhasan. Kalau buku pelajaran untuk murid SD atau siswa SMP dan SMA biasanya dicetak puluhan ribu eksemplar, maka buku teks untuk mahasiswa biasanya hanya dicetak dengan oplah tiga ribu eksemplar setiap cetak. Selain itu, buku pelajaran dapat digunakan di sekolah mana pun di Indonesia. Namun, buku teks mahasiswa biasanya digunakan di lingkungan terbatas. Bagaimana meneropong buku teks mahasiswa berdasarkan syarat yang dapat diterbitkan, kelemahan naskah yang masuk ke penerbit, proses penerbitan buku, pemasaran, kontrak, royalti, dan harga buku?

Pada tahun 70-an, buku teks di Universitas Indonesia (UI) misalnya bisa digunakan di Universitas Gadjah Mada (UGM). Begitu pula sebaliknya. Buku Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi atau Sosiologi Suatu Pengantar oleh Soerjono Soekanto pada tahun 70-an digunakan di UI dan UGM. Penyebabnya pada saat itu pakar atau ahli disiplin ilmu tertentu masih sedikit. Seorang ahli di UI masih diakui di UGM. Demikian juga sebaliknya.

SintaksiS Akan tetapi, sekarang tidak lagi begitu. Ada kecenderungan, buku yang digunakan di UI tidak digunakan di UGM. Begitu pula sebaliknya. Demikian pula dengan buku Morfologi dan Sintaksis oleh Jos Daniel Parera dari Universitas Nasional Jakarta sudah didampingi atau disaingi dengan buku Morfologi dan buku Sintaksis oleh Prof. Dr. E. Zaenal Arifin dari Universitas Trisakti atau Universitas Mercubuana. Buku-buku lain pun demikian. Meski isi pernyataan yang disampaikan mempunyai perbedaan mendasar, tetaplah pembaca tak begitu mempedulikan, apalagi dosen yang bersangkutan mewajibkan bukunya. Hal ini terjadi karena semakin banyak pakar atau ahli dari berbagai disiplin ilmu. Para pakar tidak hanya ada di satu universitas, tetapi juga ada di beberapa universitas. Selain itu, kini tiap dosen memiliki hak otonom untuk menentukan buku yang digunakan. Pada prinsipnya, tiap universitas ingin menggunakan buku yang ditulis oleh dosen universitas yang bersangkutan.

Bagi penerbit buku teks, keadaan semacam ini merupakan tantangan. Pasar buku teks untuk penerbit terbuka luas karena tiap universitas ingin menggunakan buku yang ditulis dosen universitas bersangkutan. Penerbit bisa menerbitkan buku untuk setiap universitas. Selain itu, satu penerbit melayani semua universitas, entah di Jakarta, entah di Indonesia untuk menerbitkan buku teks.

Atas dasar itu, agar naskah buku teks dapat diterbitkan ada tiga persyaratan: (a) memenuhi syarat secara teknis, (b) buku digunakan di dalam perkuliahan oleh dosen yang menulis buku, dan (c) jumlah mahasiswa pemakai buku cukup signifikan.

Naskah buku teks yang dapat diterbitkan memenuhi syarat teknis, seperti unsur-unsur kelengkapan naskah terpenuhi, mulai dari halaman judul (cover depan) hingga halaman terakhir (biografi singkat). Buku teks itu digunakan oleh penulis bersangkutan untuk mata kuliah yang diampu di universitas tempat ia mengajar. Lebih bagus lagi kalau dosen-penulis itu mengajar di beberapa universitas. Jadi, pasar buku itu lebih luas.

Jumlah mahasiswa yang menggunakan buku sigifnikan. Jika jumlah mahasiswa si dosen-penulis kurang, maka ia bisa bekerja sama dengan dosen lain agar menggunakan buku teks tersebut. Bisa juga dengan minta bantuan teman dosen yang belum menulis buku untuk mata kuliah yang sama agar menggunakan buku teks tersebut dalam perkuliahan.

Kelemahan naskah dari dosen terletak pada (a) kelengkapan naskah, (b) sistematika bab, dan (c) penyajian. Adakalanya penulis menyerahkan naskah ke penerbit tanpa daftar isi, tanpa judul bab, tanpa daftar pustaka, atau tanpa biografi singkat. Padahal, unsur-unsur ini wajib ada dalam naskah. Sering pula lampiran yang diperlukan tak disertakan; baru disertakan setelah editor penerbit menyarankan atau memintanya. Bukan hanya itu, sekiranya ada daftar isi seringkali masih berupa teks saja. Tanpa nomor subbab dan sub-subbab. Demikian pula di dalam naskah. Tidak ditemukan penomoran subbab dan sub-subbab sehingga menyulitkan editor. Kedua kelemahan ini timbul karena ketidaktahuan penulis atas kelengkapan buku atau ketidaktahuan penulis atas tuntutan penerbit. Kelemahan yang lain soal penyajian, khususnya yang menyangkut kebahasaan. Kelemahan ini bukan hanya berkaitan dengan ejaan, seperti tanda-tanda baca, penulisan kata, huruf kapital, melainkan juga huruf miring dan tata bahasa, seperti kata baku, perincian, dan tata kalimat. Kelemahan ini kentara sekali bagi pemula. Oleh karena itu, perlu diselenggarakan pelatihan khusus bagi calon penulis buku teks, terutama bagi pemula. Dengan demikian, kelemahan pada draft buku teks bisa diatasi.

Waktu yang diperlukan guna memproses naskah menjadi buku sangat bergantung pada dua hal, yaitu (a) tebal naskah dan (b) kematangan naskah. Makin tebal sebuah naskah, makin lama pengerjaan, seperti proses penyuntingan, pracetak, pencetakan. Makin matang naskah dari penulis, makin cepat terbit sebagai buku. Naskah tipis atau sedang dan matang rata-rata bisa terbit dalam tempo 3—6 bulan. Naskah tebal dan kurang matang rata-rata terbit dalam tempo 6—9 bulan. Waktu yang dibutuhkan ini masih di luar waktu untuk koreksi pruf-1 dari penulis yang lazimnya berkisar antara tujuh hari sampai 14 hari. Jika pruf-1 lama dikembalikan penulis kepada penerbit, tentu saja dapat menambah lama waktu terbit buku tersebut.

Selain dipasarkan di toko-toko buku, penerbit mengharapkan peran aktif penulis buku untuk memasarkan/mempromosikan buku melalui perkuliahan dan seminar. Dengan demikian, buku cepat mengalami cetak ulang. Namun, selama ini ada kecenderungan, dosen-penulis atau penulis-dosen enggan memasarkan buku. Padahal, ia ingin mendapatkan royalti yang tinggi. Pada tahun 70-an penulis bisa berleha-leha hanya menunggu royalti dari penerbit. Sekarang pada tahun 2000-an penuls wajib aktif mempromosikan dan memasarkan buku karangannya.

Sebelum buku dicetak, penulis menandatangani surat perjanjian penerbitan atau kontrak. Royalti yang diterima penulis sepuluh persen dari harga jual dipotong pajak (15%). Royalti dibayarkan sekali enam bulan atau per semester (Januari dan Juli). Kalau penulis membeli buku mendapat diskon 20% dari harga jual. Harga jual buku ditentukan oleh penerbit. Harga ini bergantung pada oplah, kertas isi buku (HVS/HVO/koran), dan kertas berwarna atau tidak berwarna.***

Read Full Post | Make a Comment ( None so far )

Karl May yang Memukau dan Menyentuh Hati

Posted on 25 Februari 2008. Filed under: Apa&Siapa |

Komunitas peminat karya Karl May membuka diri melalui pameran. Sejumlah mata pun menggugah peminat dalam komunitas sejenis yang saling mengagumi, merasakan, melekatkan diri di hati pencinta Karl May. Umur Karl May memasuki usia tujuh puluh tahun ketika wafat, saat ini go public atau semakin dikenal oleh masyarakat luas. Perjalanan kepengarangan Karl May berlanjut hingga saat ini menjelang seratus tahun pada 2012. Melalui pameran, serbaneka atribut Karl May di Bentara Budaya Jakarta dapat membawa kenangan tersendiri, yang khas, istimewa dan senantiasa aktual untuk diperbincangkan.

Sekilas apa dan siapa Karl May berkaitan erat dengan profesi pengarang. Ia dilahirkan di Jerman. Karyanya sangat mumpuni pada bidang geografi dan antropologi. Kalau memanggil ingatan yang telah lalu, Karl May semasa hidup pada 25 Februari 1842 sampai dengan 30 Maret 1912 menghasilkan 80 karangan. Karyanya sungguh memukau pembaca di seantero jagad. Oleh karena itu, karyanya diterjemahkan ke dalam serbaneka bahasa di belahan dunia.

Direktur The Indonesian-American Education Foundation, Daniel Dhakidae ialah pengagum berat karya Karl May. “Karl May menjadi sumber inspirasi sejak saya sangat muda,” tulis anggota Executive Board dari Partnership for Good Governance in Indonesia dalam makalah berjuluk “Winnetou, Old Shatterhand dan Humanisme Karl May”.

Tetralogi Karl May setebal sekitar 2.136 halaman menurut Daniel Dhakidae fantastik! Berbeda dari yang diterbitkan Pradjnya Paramita pada 1950-an dalam bentuk ringkas, untuk pertama kali bangsa ini menikmati karya lengkap Karl May. Semua dikerjakan dalam tempo sekitar empat tahun. Suatu komitmen yang perlu diberikan salut, katanya.

Menurut Daniel Dhakidae kisah empat jilid lengkap petualangan Karl May samasekali bukan bacaan anak-anak, remaja, dan orangtua, dan si jenius Albert Einstein dari Jerman, Mohammad Hatta dan profesor Emil Salim dari Indonesia pernah terpukau. “Karl May dan filosofinya yang tertuang dalam dongeng-dongeng tetap menarik, selalu memukau dan menyentuh masalah masa kini.”

Penggemar karya Karl May, Seno Gumira Ajidarma juga tampil pada acara diskusi dalam “Dunia Karl May”, Sabtu 23/2, pukul 13.00 WIB di Bentara Budaya Jakarta. Selain diskusi, dipamerkan dan diputar film “Dunia Karl May” sejak 20–24 Februari, pukul 10.00–18.00 WIB.

Read Full Post | Make a Comment ( 2 so far )

« Entri Sebelumnya

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...