Archive for Agustus, 2019

Seminar Nasional Teknologi Cetak dan Media Kreatif Inovasi Media Kreatif dalam Revolusi Industri 4.0

Posted on 12 Agustus 2019. Filed under: Blogstop |

Transformasi sistem revolusi industri 4.0 mempengaruhi esensi pengalaman kemanusiaan, kata Dudi Amrullah dalam Seminar Nasional Teknologi Cetak dan Media Kreatif di Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan, Politeknik Negeri Jakarta (25/7/19). “Dalam industri media cetak kemasan, esensi kemanusiaannya, tidak ada yang dapat mengetahui, waktu yang pas sebagai ucapan selamat tinggal terakhir,” tambah pemakalah utama bertajuk “Inovasi dalam Industri 4.0”.

Dudi mengilustrasikan masa jaya Coca-cola Indonesia berlangsung enam tahun (1997-2003), Coca-cola Amatil lima tahun (2003-2008), namun Danone Aqua sejak 2008 tetap berkembang membuat diversifikasi usaha bernama Vit sampai sekarang. “Di dunia baru itu bukan ikan besar yang memakan ikan kecil, melainkan ikan cepat yang memakan ikan lambat,” tegas Dudi mengutip Klaus Schwab seraya menggambarkan industri 4.0 berawal pada akhir abad ke-18 berupa mekanisasi, tenaga air, tenaga uap. Revolusi industri kedua pada produksi massal, assembly line, listrik. Ketiga mulai abad ke-20 melalui komputer dan otomatisasi, hingga revolusi keempat saat ini melalui sistem siber.
Dampak industri 4.0 dalam kehidupan di Tanah Air tampak pada efisiensi dan efektivitas produksi, pertumbuhan ekonomi dan inklusi sosial, energi, makanan, keamanan dan pertanian, pendidikan, gender dan pekerjaan, lingkungan dan sumber daya alam, mobilitas, sistem keuangan dan moneter, informasi dan hiburan, layanan kesehatan, perdagangan dan investasi internasional, dan konsumsi.

Dinamika kompetisi pemasaran saat ini tampak pada munculnya usaha rintisan Tokopedia, Blibli, Alfa dan Indomaret, Zalora, Gojek. “Semua aktivitas perdagangan rintisan bagi generasi milenial menjadi mudah melalui pesanan dan jasa pengiriman online,” tambah Dudi yang mengurai digital ages dengan menambahkan masing-masing orang muda bersosialisasi di jejaring sosial sejak tahun 2000 sampai sekarang, “Indonesia memiliki populasi terbesar kedua di Facebook.”

Dalam menutup sesi pembicara utama yang menginspirasi dan memotivasi, Dudi menggarisbawahi, kompetisi pemasaran industri cetak kemasan itu bukan yang terkuat yang bertahan hidup, tidak juga yang paling cerdas, tetapi yang paling responsif terhadap perubahan.

Sementara itu, industri dengan pertumbuhan tinggi (2018) menurut Edi Siswanto, terletak pada industri mesin dan perlengkapan (9,49%), industri kulit dan alas kaki (9,42%), industri logam dasar (8,99%), industri tekstil dan produk tekstil (8,73%), industri makanan dan minuman (7,91%).

Sejak 2003 negara-negara dengan standar pengemasan modern, seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Korea dan China memiliki tujuan ekspor usaha produk makanan Indonesia. Klinik pengembangan desain kemasan dan merek melalui Ditjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) tahun 2003-2018 memfasilitasi desain kemasan (7.565 IKM), desain merek (8.119 IKM), dan 411 IKM bantuan kemasan cetak. Ditjen IKMA tahun 2019, kata Edi, memfasilitasi 400 desain kemasan dan 600 desain merek. “IKM Go Digital 2019 dengan total peserta e-smart mencapai 9.000 IKM,” tegasnya.

Seminar nasional ini bertujuan memperkenalkan hasil riset dosen, mahasiswa, praktisi industri cetak kemasan, dan media kreatif, serta menjalin jejaring akademik yang memperkuat penelitian dan pendidikan teknologi cetak kemasan dan media kreatif di Indonesia. Lingkup kajian seminar meliputi empat program studi, seperti desain grafis (desain kemasan, desain identitas visual, desain media promosi, design board game), kajian jurnalistik (konvergensi media, start up media, cyber crime media, media massa dan usaha mikro kecil dan menengah, pluralisme ekonomi digital), kajian teknik grafika dan kemasan (supply chain kemasan, teknologi cetak dan digital printing, security printing). “Kami berharap seminar nasional ini menjadi inspirasi untuk perkembangan teknologi cetak kemasan dan media dalam membangun industri kreatif Indonesia serta bermanfaat bagi perkembangan kajian teknologi kemasan dan media kreatif,” ujar Wiwi Prastiwinarti, Ketua Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan (Jurnalistik) menyampaikan kata sambutan.

Seminar Nasional menampilkan dua pembicara utama, Edi Siswanto, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, dan Dudi Amrullah, Direktur Pengemasan dan Risiko Pengamanan Pangan Danone Indonesia. Bertindak selaku moderator, Susilawati Thabrany.

Sesi seminar dilanjutkan seminar Call for Paper diikuti oleh 144 presenter. “Kami menerima 144 artikel lengkap dalam bidang teknik cetak, kemasan, desain grafis dan jurnalistik, yang sampai saat ini masih dalam proses review,” kata Muryeti, Ketua Panitia Seminar Nasional 2019 seraya menambahkan, “artikel lengkap akan diterbitkan dalam prosiding dan jurnal online atau daring Seminar Nasional Teknologi Cetak dan Media Kreatif.***

 

Read Full Post | Make a Comment ( None so far )

SEMINAR REVITALISASI PENDIDIKAN TINGGI VOKASI DI INDONESIA JAKARTA

Posted on 12 Agustus 2019. Filed under: Blogstop |

DUTA BESAR RI UNTUK SWISS Prof. Dr. Muliaman Darmansyah Hadad
Duta Besar RI untuk Swiss menjelaskan bahwa seminar Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi ini memiliki latar belakang MOU yang ditandatangani, yaitu: 1. Kerjasama bidang produksi kelapa sawit (ITSB – SITECO); 2. Bidang batubara (Poltek Simas Berau-SITECO); 3. Bidang pariwisata(Universitas Prasetya Mulya – IMI). Revitalisasi Vokasi menjadi penting, karena berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa. Sejak 2016 pemerintah berkomitmen terhadap pendidikan vokasi melalui Kemenristekdikti, Kemendikbud, Kemenaker, Kemenperin, menteri BUMN. Tantangan pengembangan vokasi di Indonesia adalah (1) pendidikan vokasi dianggap sebagai opsi kedua, (2) industri enggan mempekerjakan lulusan vokasi. Ini terjadi mungkin karena yang dipelajari tidak sesuai dengan kebutuhan industri, (3) Pelaksanaan magang hanya berkaitan dengan pekerjaan administratif, (4) kualitas pengajar. Akibatnya pengangguran lulusan pendidikan vokasi meningkat. Keberhasilan pendidikan vokasi ditentukan oleh (1) terdapat ekosistem yang jelas, (2) terdapat dukungan dari pemerintah, (3) terdapat kolaborasi yang berkelanjutan dari industri, (4) terdapat kesetaraan antara pendidikan umum dan pendidikan vokasi. Isu pentingnya pendidikan vokasi terjadi pula di China dan India padahal mereka sudah lebih maju dari Indonesia. Alasannya pada 5-10 tahun yad, lulusan vokasi akan menjadi penggerak pasar dan perusahaan.

KETUA UMUM KADIN INDONESIA Rosan Perkasa Roeslani
Pendidikan vokasi adalah program utama Presiden Jokowi selain infrastruktur. Anggaran besar akan dialokasikan untuk pendidikan ini. Struktur SDM Indonesia hanya 12-15 % memiliki latar belakang Pendidikan Tinggi. Ini tidak cukup untuk mendorong perkembangan industri. KADIN membuat kesepakatan bekerja sama dengan Kementrian perekonomian dan Tenaga Kerja untuk melakukan pelatihan tenaga kerja di mana saat ini sudah pada angkatan ke 12. Hal ini adalah untuk memenuhi kebutuhan industri terhadap tenaga kerja. Kerja sama dilakukan pula dengan Jerman. Perlu identifikasi kebutuhan industri terhadap tenaga kerja 5-10 tahun yang akan datang agar dapat dipersiapkan dari sekarang. Pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka kebutuhan tenaga kerja berkompetensi akan semakin besar. Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja ini mencapai 60 juta orang. KADIN mendorong agar industri pelaku usaha terlibat dalam penyediaan tenaga kerja ini. Dengan adanya insentif taxkurang lebih 2600 perusahaan di bawah KADIN siap mendukung program pemerintah dalam pendidikan vokasi. KADIN mengusulkan untuk membentuk Badan Nasional yang langsung di bawah Presiden.

MENRISTEKDIKTI Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D.,Ak 
Komitmen Kemenristekdikti untuk meningkatkan kualitas SDM indonesia adalah melalui peningkatan kualitas Perguruan Tinggi. Saat ini hanya ada 3 Perguruan Tinggi di Indonesia yang masuk dalam peringkat 500 Perguruan Tinggi di dunia, yaitu UI, ITB dan UGM, itu pun masih diatas peringkat 200. Upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kompetensi SDM dan tata kelola Perguruan Tinggi. Misalnya perampingan jumlah fakultas dengan mencontoh Perguruan Tinggi yang ada di luar negeri. Untuk meningkatkan daya serap lulusan Perguruan Tinggi, maka lulusan tidak cukup hanya memperoleh ijazah, tetapi sangat perlu disertai dengan sertifikat kompetensi. Sistem pendidikan vokasi perlu diperbaharui. Pendidikan vokasi harus selaras dengan kebutuhan dan perkembangan industri. Beberapa penghambat keselarasan ini di antaranya adalah UU no 5 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang mensyaratkan dosen harus berpendidikan S2. Hal ini menyulitkan para praktisi dan para ahli dari industri yang pada umumnya berpendidikan S1 atau di bawahnya untuk masuk dan berperan dalam proses pendidikan di Perguruan Tinggi. Kemenristekdikti telah mengusulkan RPL bagi para praktisi tersebut agar dapat berkontribusi terhadap pendidikan vokasi. Dengan demikian pembelajaran yang diberikan sesuai dengan kebutuhan industri. Di samping itu dosen perlu memiliki sertifikat kompetensi. Untuk mewujudkan hal tersebut Kemenristekdikti mengeluarkan program retooling baik di dalam negeri maupun luar negeri. Namun keikutsertaan dosen dalam program ini masih rendah di mana dari kuota 2000 orang hanya terpakai sekitar 400 orang. Perlu upaya untuk mengubah mind set dosen. Dual system merupakan pendekatan pendidikan vokasi agar lulusan sesuai dengan kebutuhan industri.

DIRJEN BELMAWA KEMENRISTEK DIKTI Prof. Dr. Ismunandar
Direktorat Jenderal untuk Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti mengedepankan sebuah kebijakan untuk pendidikan tinggi vokasi yang disebut Multi Entry Multi Exit System (MEMES) yang bertujuan untuk meningkatkan akses, relevansi dan kualitas dari institusi pendidikan tinggi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam bidang sains, teknologi dan inovasi untuk meningkatkan kebersaingan negara. Pengetahuan dan budaya pembelajaran untuk pendidikan vokasi akan diarahkan agar bisa menghadapi industri 4.0: digitalisasi dan otomasi. Ini bisa dicapai dengan menerapkan pembelajaran Produksi Cerdas industri 4.0, Pelatihan vokasi 4.0, Pelatihan Guru Vokasi 4.0 dan Pekerjaan 4.0. Pendidikan tinggi vokasi juga akan mempromosikan pendidikan wiraswasta dan pembelajaran sepanjang hayat agar mampu beradaptasi dengan tantangan masa depan. Ini mencakup lima aspek penting: Pemahaman tantangan global dan lokal. Kolaborasi antar sektor dalam hal kebijakan dan pertukaran pengetahuan dari berbagai sektor (pendidikan, pelatihan, bisnis dan komunitas.

Pembelajaran sepanjang hayat harus menjadi komponen kunci dalam merancang pendidikan vokasi. Penguatan pengajar dalam hal penguasaan teknologi.  Pembentukan aturan wajib mengikutsertakan banyak pihak.

Skema kualitas sistem pendidikan vokasi di Indonesia terdiri dari beberapa aspek yaitu: Kerangka Regulasi, Anggaran, Kebijakan dan Program. Pengelola sistem pendidikan vokasi seperti Akademi, Politeknik, atau Pusat Pelatihan Vokasi. Pengembangan kemampuan instruktur vokasi. Pendirian Pusat Pendidikan dan Penelitian Vokasi Nasional, termasuk inkubator bisnis dan industri. Akreditasi Pendidikan Vokasi.  Perlindungan bagi mahasiswa dan konsumen. Implementasi kebijakan Multi Entry Multi Exit System (MEMES) diatur dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi no 54/2018 di mana implementasi sistem MEMES dalam sistem pendidikan tinggi vokasi dilakukan melalui 4 cara: 1. Sistem terbuka dengan fleksibilitas waktu dan pilihan dalam menempuh pendidikan. 2. Kurikulum di buat untuk gelar ganda. 3. Lulusan akan menerima sertifikat diploma dan kompetensi. 4. Institusi pendidikan dapat mengubah program diploma III ke diploma IV dengan persetujuan Kemenristekdikti. Kurikulum pendidikan tinggi vokasi dengan sistem MEMES diperkuat dengan beberapa cara: Pembentukan program diploma III dan diploma IV. Capaian pembelajaran dibentuk dengan mengacu pada Kerangka Kualifikasi Internasional  Memiliki assessor internal yang bersertifikasi. Memiliki Lembaga Sertifikasi Profesi – 1 atau bekerja sama dengan lembaga sertifikasi yang terakreditasi. Memiliki rekanan di dunia industri untuk membentuk program pemagangan. Memiliki standar penjaminan mutu untuk implementasi sistem MEMES. Lulusan yang diarahkan akan bisa di terima di dunia kerja.

SEKRETARIS MAJELIS BAN-PT Prof. Dr.rer.nat.Imam Buchori
Sejak tahun 2016 Majelis BAN-PT berubah menjadi Majelis Akreditasi yang melaksanakan Akreditasi Program Studi dan Dewan Eksekutif yang melaksanakan Akreditasi Perguruan Tinggi. Pada Instrumen baru, akreditasi untuk vokasi akan berbeda dengan akademik. Akreditasi adalah salah satu bentuk penilaian terhadap luaran hasil penjaminan mutu internal. Artinya jika Sistem Penjaminan Mutu Internal-nya berjalan dengan baik, maka hasil akreditasinya baik juga. Akreditasi mengacu pada standar pendidikan tinggi yang ditetapkan berdasarkan peraturan menteri dan standar yang ditetapkan oleh Perguruan Tinggi yang bersangkutan. Persoalannya bahwa instrumen yang berlaku sekarang nuansa akademiknya lebih kuat. Perlu ada pembaharuan agar standar lebih berkaitan dengan vokasi, agar instrumen yang disusun BAN-PT sesuai dengan karakteristik pendidikan vokasi. Tujuan akhir Akreditasi adalah melindungi masyarakat sehingga akreditasi merupakan fungsi kontrol. Saat ini penilaian akreditasi berdasarkan desk evaluation dan visitasi. Untuk pendidikan vokasi mungkin visitasi tidak cukup hanya 1 atau 2 hari, karena ada kerjasama dengan industrinya. Pada sistem akreditasi yang baru, evaluasi terhadap mutu tidak dilakukan pada saat akreditasi saja, tetapi bisa dievaluasi setiap saat misalnya berdasarkan pengaduan dari masyarakat, sehingga peringkat akreditasi dapat berubah tanpa menunggu 5 tahun. Pada sistem lama instrumennya adalah 7 standar, tetapi pada sistem baru adalah 9 kriteria. Kriteria ini adalah interaksi antar standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kriteria luaran memiliki bobot paling besar. Luaran proses akreditasi adalah status akreditasi (terakreditasi dan tidak terakreditasi) dan peringkat terakreditasi (Baik, Baik Sekali dan Unggul). Dengan kategori peringkat ini, lulusan dari PT terakreditasi Baik artinya sudah layak dan memenuhi kompetensi. Masa berlaku akreditasi 5 tahun dan reakreditasi ulang dapat dilakukan paling cepat 1 tahun dengan masa pengajuan 6 bulan sebelum masa berlaku berakhir. Permen 54 memudahkan D3 diubah menjadi D4 dengan mengusulkan ke kementrian. Untuk status akreditasinya sedang dirumuskan apakah perlu direakreditasi ulang atau hanya beberapa bagian saja. Jenjang karir untuk dosen vokasi sedang dirumuskan ulang, karena mungkin berbeda dengan dosen akademik. Apakah perlu jenjang karir sampai dengan Profesor atau dalam bentuk yang lain. Jika sama sampai Profesor, apakah persyaratannya berupa jurnal internasional dll atau ada yang lain. Kualifikasi dosennya juga berapa sertifikat dan jenis sertifikat seperti apa yang harus dimiliki dosen vokasi.

WAKIL KETUA UMUM KADIN INDONESIA Anton J Supit
Berdasarkan pengalaman di Jerman bahwa vokasi itu adalah dual system atau sistem ganda di mana 70% praktik dan 30 % teori yang sifatnya bukan pelajaran umum. Jadi Vokasi itu adalah sistem ganda jika tidak sistem ganda, maka itu bukan vokasi. Dalam hal ini perlu ada persepsi yang sama mengenai vokasi. Praktik merupakan karakteristik pendidikan vokasi. Teori yang diberikan adalah yang menunjang praktik. Untuk menyediakan fasilitas praktik seperti di Swiss dan Jerman memang tidak mudah, tapi harus dimulai dari sekarang. Untuk mempercepat hal tersebut perlu keterlibatan industri membuka diri memfasilitasi apakah dalam bentuk pelatihan atau yang lainnya. Sebagai contoh adalah Toyota yang sudah menjalankan pendidikan vokasi untuk memenuhi kebutuhan SDM yang memiliki kompetensi. Mereka menyusun kurikulumnya sendiri selama 9 bulan. Sekarang mereka sudah memiliki asessor sendiri dan rutin melaksanakan pelatihan sehingga telah menghasilkan sampai 400 an alumni. Hasil evaluasi mereka, mendapatkan SDM hasil pendidikan vokasi jauh lebih menguntungkan dari pada pendidikan umum. Saat ini mereka melatih tenaga kerja lulusan SMK yang jika melamar secara normal sulit diterima industri. Sebagai ilustrasi kenaikan upah di daerah kerawang dalam 1 tahun adalah 100%, tanpa peningkatan kompetensi yang signifikan. Tetapi jika dilatih dengan baik selama 6 bulan mereka bisa meningkatkan kompetensi sampai dengan 17 sertifikat. Artinya dengan pelatihan 6 bulan SDM tadi memiliki kompetensi yang sama dengan karyawan yang sudah bekerja selama 2 tahun. Dengan demikian walaupun ditinjau dari sisi finansial, pendidikan vokasi ini lebih menguntungkan.

Jika ditinjau dari struktur tenaga kerja Indonesia, pengembangan vokasi menjadi satu keharusan, karena Indonesia memiliki bonus demografi yang masanya hanya 10-15 tahun. Jika tidak dimanfaatkan dengan baik, sama artinya kita mati dalam keadaan miskin. Pengembangan Vokasi juga berkaitan dengan dukungan terhadap berkembangnya investasi di Indonesia.Keduanya harus berjalan selaras. Masuknya beberapa perusahaan besar tanpa diimbangi ketersediaan SDM tidak akan membawa dampak signifikan terhadap kesejahteraan umum. Grand Design KADIN yang akan didiskusikan dengan pemerintah adalah dengan melibatkan pemerintah daerah dalam pendidikan vokasi. Pelatihan vokasi akan meningkatkan kualitas SDM dan peningkatan lapangan kerja. Sistem pendidikan vokasi harus sistem ganda atau dual system artinya bekerja sambil sekolah. Di negara maju, pada tahun ketiga siswa masuk dalam produksi di industri. Dengan demikian ketika lulus mereka sudah memiliki kompetensi termasuk soft skill. Amerika menganggap pendidikan vokasi lebih efisien, sehingga tidak ada persepsi lulusan vokasi sebagai kelas dua. Salah satu tujuan utama pendidikan vokasi adalah menjamin perusahaan mampu bersaing dalam persaingan global. Agar pendidikan vokasi dengan dual sistem berhasil, harus ada pelatih di tempat kerja, memiliki kurikulum yang jelas, ada mekanisme supervisi dan evaluasi agar pembelajaran berjalan sesuai aturan yang benar. Kurikulum dibuat bersama industri dan sekolah sehingga ada kesesuaian antara yang diajarkan dan dibutuhkan industri. Di Indonesia pada umumnya tidak demikian, sehingga sering kali industri menolak.

DUAL VOCATIONAL EDUCATION AND TRAINING (DVET) Urs Keller
Sistem Pendidikan di Swiss berbasis belajar sepanjang hayat (Lifelong Learning) dan para pendidiknya terus berinisiatif berupaya meningkatkan serta mengembangkan kemampuan diri baik dalam kompetensi keilmuannya maupun keterampilan. (Continuing Professional Development). Pendidikan Vokasi sudah dijalankan sejak sejak tahun 1884, dan sistem DVET di Swiss berdasarkan dua lokasi pembelajaran yaitu perusahaan (industri) dan sekolah. Model Pendidikan Tinggi di Swiss, yaitu (1) HS (Hochschule) / Universitas dengan Gelar Dipl. Ing ETH dan fokusnya pada riset dasar. Kompetensi yang akan diperoleh adalah ilmu sains dasar, riset terapan, analisis teoritis yang sangat kompleks, tanggung jawab manajerial yang tinggi. (2) FH (fachoschule)/ Universitas Terapan dengan Gelar Dip. Ing. FH dan fokusnya pada pengembangan riset dasar. Kompetensi yang akan diperoleh adalah riset terapan, pengembangan/desain kompleks, analisis teoritis kompleks, tanggung jawab manajerial yang tinggi. (3) HVET= HF= Hoohere Fachoschule/Pendidikan Vokasi dan fokusnya pada konsep/konstruksi. Kompetensi yang akan diperoleh adalah konsep detail/realisasi, proses service dan manufaktur, kemampuan menerapkan, leadership berbasis penerapan. (4) VET = Apprenticeship dan fokusnya pada realisasi/dukungan. Kompetensi yang akan diperoleh adalah bekerja pada bidang jasa dan manufaktur, kerja manual, kemampuan penerapan yang ekstensif. Peran industri pada implementasi dual sistem di Swiss berkaitan dengan Produksi (After sale service, maintenance) dan R&D. Cakupannya adalah manufaktur, desain detail, Proses Produksi pada Engineering dan Perencanaan, maintenance, pengoptimalan proses produksi dan leading yang membutuhkan pengetahuan praktis dan pengalaman di bidang produksi. R&D meliputi pengembangan produk, optimalisasi dan penciptaan produk. Untuk hal ini diperlukan pengetahuan teori dan pengalaman di bidang R&D. Sistem dVET adalah kombinasi antara teori + praktik dengan proses pembelajaran berbasis project. Bergantung sektor vokasi, namun rata-rata bagian pendidikan bervariasi antara 20% sampai 60%.

Apprenticeship adalah model pendidikan yang sukses di Swiss. Lebih dari 70% pemuda di Swiss memilih apprenticeship. Mereka bekerja 3-4 hari di Perusahaan dan 1-2 hari lainnya digunakan untuk belajar di sekolah. Sistem VET memadukan pemuda dan orang dewasa ke dalam suatu pekerjaan sehingga pengangguran di usia muda sangat minim. Setelah menjalankan program apprenticeship selama 3-4 tahun, produktivitas pemuda di Swiss ¾ tingginya dengan mereka yang professional dari perspektif pengoperasian. Lama waktu pendidikan di Polymechanic di Swiss adalah 4 tahun. Pada 2 tahun pertama dianggap sebagai investasi. Pada tahun ketiga, mahasiswa melakukan magang sehingga siap untuk bekerja secara produktif. Pada tahun keempat, mahasiswa bekerja hampir produktif seperti layaknya pekerja yang memiliki kemampuan penuh, sehingga memungkinkan mendapatkan hasil returns dari apa yang sudah diinvestasikan pada sistem VET di awal. Dengan sistem VET ini jumlah pengangguran muda lebih sedikit. Industri membutuhkan ahli yang ditunjukkan dengan bekerja secara professional dengan menerapkan inovasi secara cepat dan tepat dengan kemampuan intelegensi dan keterampilan. Manfaat yang dapat diperoleh lulusan VET adalah: – Mendapatkan pendidkan profesional dengan kesempatan yang lebih baik dalam mendapatkan pekerjaan yang bagus. – Mendapatkan jaminan keamanan yang tinggi dalam pekerjaan. – Mendapatkan peluang memperoleh pendapatan yang tinggi. – Mendapatkan lebih baik return of investment ROI ; fiskal, ekonomi, sosial, dan personal. – Mendapatkan peluang yang lebih baik untuk jenjang karir profesional. Bagi industri manfaat yang didapat dari VET adalah: – Tersedianya profesional dan spesialis – Industri dapat lulusan VET yang siap kerja – Industri dapat mengurangi cost labour secara keseluruhan (gaji dan cost tetap) – Apprentice meminimalkan recruitment cost dan kesalahpahaman dapat dikurangi.

CHAIRMAN OF THE BOARD, SFIVET Dr. Gnaegi Philippe
Di Swiss, pendidikan merupakan kewajiban pemerintah (kanton dan/atau federasi) sejak pendidikan dasar yang diwajibkan sampai dengan pendidikan tersier seperti universitas, pendidikan dan pelatihan profesional). Kewajiban terhadap pendidikan diberikan kepada 26 kanton. Masing-masing kanton dan pemerintah federasi memiliki kewajibannya tersendiri untuk edukasi setelah pendidikan wajib nasional (sekolah pendidikan umum, kejuruan dan pendidikan dan pelatihan profesional, dan universitas). Tiap kanton dan kotamadya menghabisnya 90% dari anggaran publik mereka di pendidikan. Setelah mengikuti pendidikan wajib nasional selama sembilan tahun, para remaja akan melanjutkan studi mereka ke sekolah menengah atas, di mana pendidikan akan dibagi menjadi pendidikan kejuruan dan pendidikan umum. Pendidikan di sekolah menengah atas di Swiss merupakan suatu hal yang tidak diwajibkan, sekalipun 90% dari pelajar di Swiss memutuskan untuk melanjutkan studi mereka pada usia 15 atau 16 tahun. Sekolah menengah atas diatur oleh Konfederasi dan kanton sehingga terdapat variasi dalam hal organisasi dan kurikulum di dalam negeri Swiss sendiri.
Kualifikasi yang diberikan oleh para kanton di Swiss terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
– Pendidikan dan pelatihan kejuruan (VET)
– Sekolah Baccalaureate – Sekolah menengah atas khusus Kanton (federasi) memiliki peran penting dalam implementasi: – Memberikan akreditasi VET kepada perusahaan – Mengawasi sekolah kejuruan (310 sekolah kejuruan, sebagian besar adalah sekolah umum) – Mengelola perjanjian dan pendanaan sekolah kejuruan. – Mengatur manajemen kualitas dan aturan untuk menetapkan peserta magang (pekerjaan, wilayah, sekolah)
Dual System di Swiss:
– 2/3 usia sekolah memilih jalur VET – Pemerintah dengan swasta bekerja sama

SFIVET yang merupakan organisasi untuk pendidikan dan pelatihan kejuruan, dan merupakan bagian dari Federal Department of Economic Affairs, Education and Research Swiss. SFIVET menawarkan pelatihan dasar dan berkelanjutan untuk para profesional dalam bidang pendidikan vokasional, penelitian, serta melakukan kontribusi pada pengembangan pekerjaan dan kerja sama internasional dalam bidang pendidikan vokasi.

Peran dari SFIVET: – Organisasi pemerintah yang menangani program VET agar dapat berjalan dengan baik. – Membuat program untuk pengembangan VET – Melaksanakan pelatihan untuk para pengajar, salah satu materinya adalah penyusunan silabus – SFIVET menyediakan pelatihan dasar dan berkelanjutan untuk para guru dan pelatih. – SFIVET menyediakan pelatihan dasar dan berkelanjutan untuk instruktur – SFIVET melakukan penelitian dalam pendidikan dan pelatihan kejuruan. – SFIVET memberikan panduan dan dukungan kepada organisasi profesional dalam meninjau dan merevisi program VET – SFIVET mendukung mitra SFIVET dalam transformasi digital – SFIVET mewakili sistem VPET Swiss di tingkat nasional dan internasional
Area Kolaborasi SFIVET:
– Pengembangan dan implementasi kurikulum berbasis kompetensi – Program pelatihan pedagogis untuk guru VET dan praktisi VET – Rekomendasi tentang pengembangan kerangka kerja kelembagaan yang mendukung VET dual track – Dukungan ilmiah dan proyek penelitian, Misalnya. analisis biaya-manfaat untuk program VET serta evaluasi proyek VET – Program Studi-Kunjungan/Pertukaran Indonesia-Swiss Akademi VET Swiss

DIREKTUR POLITEKNIK ATMI Dipl. Ing. Henri Paul, MBA
ATMI berdiri sejak 1968 di Solo dan didukung pemerintah Swiss dengan jumlah mahasiswa 25 orang. Karena industri di Solo pada saat itu masih terbatas, maka ATMI menghadirkan industri di dalam kampus. Pada tahun 2003 mulai didirikan ATMI di Jababeka, karena user banyak di Wilayah Jabodetabek. ATMI Solo juga bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Solo. Sejak tahun 2016 ATMI Solo berubah dari Akademi menjadi Politeknik. Jenjang prodi bukan saja D3 namun juga D4.

ATMI Solo dan Jababeka berkolaborasi dengan beberapa SMK dan industri yang jumlahnya lebih dari 10. Kompetensi utama ATMI adalah bidang pendidikan manufaktur. Dalam perkembangannya ATMI juga berkolaborasi dengan prodi di luar manufaktur. Misalnya kerja sama dengan SMK tata boga, busana, pertanian di Kalimantan Selatan di mana ATMI membantu setup. ATMI memiliki Divisi Training Center dan Management Consulting. Di samping itu ada perusahaan milik sendiri yang di antara produknya adalah merchandise. Itu adalah industri yang diciptakan di dalam kampus supaya kompetensi anak didik sesuai dengan tuntutan industri. Tuntutan industri dalam hal ini adalah Quality-Cost-Delivery. Jadi desain kurikulum sesuai dengan QCD tersebut. Sebagai contoh pada tahun pertama menekankan kualitas, pada tahun kedua mengenai efisiensi dan cost, pada tingkat tiga mengenai delivery. Dengan demikian produk yang dibuat bukan sekedar jadi, tetapi dengan memperhatikan unsur-unsur tersebut. Untuk menyesuaikan dengan industri, ATMI juga memberlakukan bekerja shift siang dan malam. Di samping industri yang diciptakan di dalam kampus, ATMI juga berkolaborasi dengan industri. Tantangan ATMI adalah jumlah Lulusan ATMI hanya bisa memenuhi kurang lebih 20% dari permintaan industri dan sekolah. Tidak terpenuhinya permintaan ini, karena ATMI menerapkan model pembelajaran dengan 1 siswa 1 mesin. Oleh karena itu perlu dukungan pemerintah dan industry untuk turut serta berinvestasi menambah sarana dan prasarana. Di samping itu harapannya adalah terjalinya kerja sama strategis antara Pendidikan Vokasi-Industri-Asosiasi-Pemerintah untuk meningkatkan kualitas vokasi.

DIREKTUR POLITEKNIK ASTRA Ir Tony Silalahi
Polman Astra memosisikan diri sebagai bagian dari Pendidikan Tinggi Vokasi di Indonesia. Oleh karena itu konsentrasinya bukan hanya pada pendidikannya, tetapi juga penelitiannya. Namun penelitiannya difokuskan pada penelitian terapan. Sehingga terdapat portofolio product development. Implementasi pengabdian pada masyarakat dilakukan dengan bekerja sama dengan beberapa yayasan yang ada di Astra yang jumlahnya 9 yayasan termasuk Yayasan Bina Ilmu yang membawahi Politeknik Astra dan Yayasan Bina Bakti Astra yang membina UKM. Terdapat 6 program studi yang dijalankan Polman Astra. Untuk menyiasati keinginan dunia industri yang cepat sementara prosedur formal membutuhkan waktu yang lama, maka dilakukan penyisipan konten ke dalam prodi yang dianggap proses pembelajaran kompetensi lulusan yang dihasilkan memiliki kemiripan. Sebagai contoh maintenace alat berat disisipkan ke dalam prodi Automotive Maintenance melalui penambahan konsentrasi. Dan ini menjadi masalah ketika akreditasi. Hal ini merupakan gambaran persoalan antara Perguruan Tinggi yang banyak aturannya dengan dunia industri yang keinginannya serba cepat dan gampang berubah. Polman Astra berdiri tahun 1995 karena dorongan perusahaan Astra yang kesulitan mencari tenaga kerja siap pakai. Ketika didirikan namanya Akademi Teknik Federal dan pendiriannya dibantu oleh ATMI Solo. Selanjutnya bekerja sama pula dengan Politeknik Mekanik Swiss-ITB (sekarang Polman Bandung). Kesulitan yang dihadapi adalah tenaga dosen di mana persyaratannya harus S2 yang tidak terbiasa praktik langsung dengan mesin. Untuk mengatasi hal ini maka direkrut instruktur. Langkah lain adalah melalui sertifikasi dengan bekerja sama dengan Jerman. Dual system yang dijalankan adalah dengan sistem blok, yaitu pada dua tahun pertama dididik di kampus, namun praktik tetap 65% dan teori 35%. Untuk menjalankan praktik ini dicari order-order dari industri yang bisa dikerjakan di kampus. Pada tahun ketiga dilakukan internship di anak perusahaan Astra. Pada akhir internship siswa diminta untuk melakukan improvement sebagai tugas akhirnya. Improvement ini merupakan teknologi atau solusi yang dapat digunakan di perusahaan itu dan harus dihitung kemanfaatannya dalam bentuk uang (rupiah) atau nett quality income. Tiap 9 tahun total nett quality income ini dihitung. Manfaat ini bukan hanya berdasarkan klaim mahasiswa atau pembimbingnya tapi juga harus disertai pernyataan manajer atau pimpinan perusahaan, supaya kemanfaatan ini diakui oleh industri. Ini untuk mengatasi persepsi, bahwa industri tidak memperoleh manfaat dari program magang mahasiswa. Setelah dihitung diperoleh total nett quality income mencapai 200 milyar per tahun. Pembelajaran kepada mahasiswa pun disertai dengan pembelajaran nilai-nilai yang berlaku di Astra serta mentalitas yang harus dimiliki seorang karyawan.

Revitalisasi Pendidikan Vokasi

A. Pengembangan Pendidikan Tinggi Vokasi penting karena (1) Lulusan pendidikan vokasi menjadi penggerak pasar dan industri pada masa yang akan datang, (2) Pendidikan Vokasi merupakan program utama pemerintah sampai dengan 2024, (3) Pertumbuhan ekonomi dan industri yang cepat perlu disertai ketersediaan tenaga kerja siap pakai, (4) Peran Pendidikan Tinggi Vokasi dalam penyediaan SDM yang dibutuhkan industri masih rendah. B. Persoalan yang dihadapi Pendidikan Vokasi di Indonesia adalah (1) Pendidikan Vokasi dipersepsikan sebagai pendidikan kelas dua dan tidak setara dengan pendidikan akademik (umum), (2) Kompetensi lulusan belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan industri, (3) Pelaku industri masih menganggap aktivitas magang tidak memberikan manfaat secara finansial, (4) Terdapat beberapa regulasi yang tidak sesuai dengan pengembangan Pendidikan Vokasi, (5) SDM Dosen yang memiliki kompetensi dalam Pendidikan Vokasi masih terbatas, (6) Kerja sama Perguruan Tinggi Vokasi dengan industri masih terbatas, (7) Sistem pendidikan vokasi belum dipahami dengan baik oleh Perguruan Tinggi Vokasi, (8) penyediaan sarana dan prasarana membutuhkan investasi yang besar dan harus di-update sesuai dengan perkembangan industri. C. Upaya revitalisasi Pendidikan Vokasi di Indonesia, (1) Meninjau ulang regulasi yang berkaitan dengan Pendidikan Tinggi Vokasi, (2) Meningkatkan peran serta industri, pemerintah daerah dalam pendidikan vokasi, (3) mengimplementasikan pembelajaran sistem ganda, (4) Mendorong SDM dosen melaksanakan magang industri dan memperoleh sertifikat, (5) penyusunan kurikulum melibatkan industri dan dapat mengakomodasi perubahan kebutuhan industri, (6) Industri harus diberikan pemahaman dan diyakinkan bahwa program magang dapat memberikan benefit finansial.

Ringkasan Paparan Seminar ini disampaikan oleh pemakalah utama di Universitas Prasetya Mulya, Rabu, 17 JULI 2019

Read Full Post | Make a Comment ( None so far )

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...