Archive for Januari 23rd, 2007

Peluncuran Tesaurus Bahasa Indonesia

Posted on 23 Januari 2007. Filed under: Berita |

Sebuah karya untuk bangsa merupakan teks seukuran poster penyambut diskusi bersama Profesor Doktor Anton Mudardo Moeliono, Goenawan Mohamad, dan Ayu Utami.

Teks berupa tagline atau jargon penyambut diskusi itu, pengikatnya digunting oleh Eko Endarmoko, penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia, didampingi oleh Wandi Sandiwan Brata, Wakil Direktur Utama Gramedia Pustaka Utama, Selasa 23/1 di Bentara Budaya Jakarta.

Pengguntingan tali pengikat berjargon ini sebagai penanda resminya peluncuran buku Tesaurus Bahasa Indonesia pertama di negara Republik Indonesia. peluncuran.doc 

“Bagi orang yang berhasrat membahasakan pikiran atau perasaannya dengan tepat, cermat, atau elok santun, kamus ini merupakan tambang emas kata yang diperlukan. Tesaurus inilah yang dinantikan para penulis, penyair, pengajar, dan pelajar untuk memperagakan bahasa Indonesia yang ranum dan bernas,” demikian konsultan bahasa di kalangan mahasiswa Universitas Katolik Atmajaya Jakarta dan pendekar bahasa Indonesia, Anton Moedardo Moeliono, 78 tahun.

Tesaurus memuat hampir 16.000 lema plus sublema yang berjumlah lebih banyak. “Ke-16.000 lema itu tidak saya jumput begitu saja,” ujar penyusun, Eko Endarmoko meyakinkan dalam sambutan di hadapan hadirin.

Sementara itu, menurut Jos Daniel Parera, peserta diskusi, tesaurus ini banyak sejumlah kata “menyesatkan” sebab misalnya antara entri persuasi dan agitasi ditesauruskan sebagai kata pembujuk. Padahal, kedua makna kata itu memiliki perbedaan mendasar. Agitasi sangat berbeda makna dengan persuasi. Oleh karena itu, katanya, saya membuat resensi tesaurus hingga lima puluhan halaman untuk mengupas tuntas dan membedah isi sebagai bahan revisi. “Mungkin ulasan yang banyak dan komplet itu bisa diterbitkan oleh Grasindo,” tukas Wandi Sandiwan Brata kepada Pamusuk Eneste seraya menunjuk ke arah editor senior itu.

Akan tetapi, mendengar kata “menyesatkan” sejumlah peserta diskusi pun uring-uringan dan pembicara pun bersemuka pendapat. Anton Moedardo Moeliono menggarisbawahi pada beberapa entri memang ada rumpang atau kekosongan dalam pengertian makna kata. Kerumpangan kata tetap menjadi tanggung jawab Eko Endarmoko, meski saya menuliskan Kata Sambutan pada buku ini. Oleh karena itu, sarannya pada edisi kedua nanti perlu diadakan perbaikan yang dibantu oleh tim bahasa dan pemerhati bahasa. Goenawan Mohamad pun menganggap “kesesatan” kata yang dipergunjingkan sebagai kewajaran semata. Sebagai pembanding, ungkapnya, saya menerima tesaurus dari Dewan Bahasa Malaysia dengan ketebalan sampai lebih seribuan halaman. Kamus khusus tesaurus ini, tambahnya, disusun dengan biaya negara dan jumlah penyusun yang besar, sedangkan Eko Endarmoko hanya pencinta, peminat dan penggemar bahasa Indonesia yang menyusun sendirian dengan biaya utang sana-sini. Pilihan kata-katanya tergelincir yang mungkinlah.

“Saya justru menjadikan kamus mas Moko (panggilan akrab Eko Endarmoko di komunitas Utan Kayu) sebagai pendamping saat saya menulis. Seperti kata abaimana saya temukan di tesaurus sebagai kata baru yang menarik untuk saya pelajari maknanya,” tukas Ayu Utami bersemangat.

Peluncuran Tesaurus kamus khusus yang berlangsung pada pukul 9.30 hingga 13.30 menjadi kian semarak dengan penampilan musikalisasi puisi persembahan Reda dan Ari. Selanjutnya Nirwan  Arsuka yang bertindak sebagai moderator menutup diskusi dengan satu harapan, Tesaurus Bahasa Indonesia ini sebagai lumbung kata-kata yang membawa manfaat sangat besar bagi siapa pun.

Tesaurus Bahasa Indonesia berukuran 15 x 23 sentimeter, 736 halaman (hardcover), dengan harga Rp170.000,00. Pada diskusi ini pihak penerbit menjual tesaurus dengan harga khusus menjadi Rp140.000,00. Diskusi ditutup dengan hadiah pintu (doorprize) berupa kamus khusus Tesaurus plus hidangan penutup khas “Nasi Bali”.***

Read Full Post | Make a Comment ( 6 so far )

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...